"O"A. Unsur Intrinsik
dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O...
oleh : Sutardji Calzoum Bachri
- Tema
- Tipografi
Tipografi yang digunakan dalam puisi O adalah tipografi bebas sesuai dengan kenginginan penyair.
- Rima/Aliterasi
Contohnya:
dukaku dukaku dukarisau dukakalian dukangiauBunyi d pada kata-kata dalam baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalianBunyi r pada kata-kata dalam baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.
- Diksi
Dalam puisi ini kata-kata yang digunakan. Sutardji adalah kata-kata yang bisa digunakan dalam bahasa sehari-hari. Tetapi ada kata yang berasal dari bahasa daerah antara yaitu bahasa Jawa, terlihat pada kata ”bolong” yang berarti berlubang. Yakni suatu kekosongan.
- Citraan
Semuanya merupakan pencintran yang bertujuan membawa pembaca dengan segenap inderanya sehingga bisa merasakan sakit dan kehampaan yang ada dalam puisi tersebut. Dengan melibatkan indewra bisa dirasakan dengan seluruh imajinasinya apa yang ada dalam puisi tersebut
- Majas
Begitu juga penekanan pada kata resah, ragu, mau, sia-sia, waswas, duhai, dan o adalah sebuah tekanan yang memberi makna lebih pada duka, keresahan yang akhirnya menimbulkan ragu dan juga keingintahuan walaupun itu hanya sia-sia dan membuat waswas. Pengulangan kata itu merupakan penekanan juga pada artinya.
- Nada
Sikap penyair kepada pembaca atau pendengar puisi O adalah persuasif sebab penyair ingin agar semua pembaca atau pendengar puisi tersebut untuk sama-sama merasakan apa yang penyair rasakan, yakni melalui kata duhai.
- Rasa
Rasa atau emosional yang hendak ditunjukan penulis dalam puisi O adalah rasa kebimbangan yang melanda dirinya.
- Perasaan
Sikap pengarang terhadap tema dalam puisi O adalah resah dan ragu.
- Kata konkret
Dalam puisi O pengarang hanya menggunakan kata yang bermakna denotasi.
- Verifikasi
Rima yang terdapat dalam puisi O adalah rima aliterasi. Rima aliterasi adalah bunyi-bunyi awal pada tiap-tiap kata yang sebaris, maupun pada baris-baris berlainan.
Contohnya:
dukaku dukaka u dukarisau dukakalian dukangiau(Bunyi d pada kata-kata dalam baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.)
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian(Bunyi r pada kata-kata dalam baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.)
Ritma yang digunakan dalam puisi O adalah:
Dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau(rendah-tinggi, lemah-keras)
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O...(pendek-panjang)
- Amanat
- Tujuan
B. UnsurEkstrinsik
1. Pengarang
Sutardji Calzoum Bachri dilahirkan pada tanggal 24 Juni 1943 di Rengat, Indragiri Hulu, Riau.
- Latar Belakang Pendidikan:
- Latar Belakang Pekerjaan:
Selanjutnya, ia mengirimkan sajak-sajak dan esainya ke media massa di Jakarta, seperti Sinar Harapan, Kompas, Berita Buana, majalah bulanan Horison, dan Budaya Jaya.
Di samping itu, ia mengirimkan sajak-sajaknya ke surat kabar lokal, seperti Pikiran Rakyat di Bandung dan Haluan di Padang. Sejak itu, Sutardji Calzoum Bachri diperhitungkan sebagai seorang penyair.
Pada tahun 2000—2002 Sutardji Calzoum Bachri menjadi penjaga ruangan seni “Bentara”, khususnya menangani puisi pada harian Kompas setelah berhenti menjadi redaktur majalah Horison.
- Latar Belakang Kesastraan / Kebahasaan:
Ia pernah diundang ke Pertemuan International Para Pelajar di Bagdad, Irak, pernah diundang Menteri keuangan Malaysia, Dato Anwar Ibrahim, untuk membacakan puisinya di Departemen Keuangan Malaysia, mengikuti berbagai pertemuan Sastrawan ASEAN, Pertemuan Sastrawan Nusantara di Singapura, malaysia, dan Brunei Darussalam, serta pada tahun 1997 Sutardji membaca puisi di Festival Puisi International Medellin, Columbia.
- Karya:
Beberapa karyanya adalah:
- O (Kumpulan Puisi, 1973),
- Amuk (Kumpulan Puisi, 1977), dan
- Kapak (Kumpulan Puisi, 1979).
Selain itu, puisi-puisinya juga dimuat dalam berbagai antologi, antara lain:
- Arjuna in Meditation (Calcutta, India, 1976),
- Writing from The Word (USA),
- Westerly Review (Australia),
- Dchters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststechting, 1975),
- Ik Wil Nogdulzendjaar Leven, Negh Moderne Indonesische Dichter (1979),
- Laut Biru, Langit Biru (Jakarta: Pustaka Jaya, 1977),
- Parade Puisi Indonesia (1990),
- Majalah Tenggara,
- Journal of Southeast Asean Lietrature 36 dan 37 (1997), dan
- Horison Sastra Indonesia: Kitab Puisi (2002).
Sutardji juga menulis kajian sastra untuk keperluan seminar. Sekarang sedang dipersiapkan kumpulan esai lengkap dengan judul “Memo Sutardji”
- Penghargaan:
- Hadiah Sastra Asean (SEA Write Award) dari Kerajaan Thailand (1997),
- Anugrah Seni Pemerintah Republik Indonesia (1993),
- Penghargaan Sastra Chairil Anwar (1998), dan
- Dianugrahi gelar Sastrawan Perdana oleh Pemerintah Daerah Riau (2001).
2. Nilai-nilai
Nilai-nilai kemasyarakatan yang terdapat dalam puisi O adalah:
- Nilai Agama
- Nilai Pendidikan
- Nilai Sosial
- Nilai Moral
3. Kemasyarakatan
Puisi O ini dibuat pada tahun 1973, pada masa ini kondisi masyarakat masih dipengaruhi oleh PKI yang sedang marak-marak di Indonesia. PKI yang sebenarnya menganut paham atheis (tidak mempercayai Tuhan) ikut mempengaruhi masyarakat, sehingga puisi ini merupakan hakikat dari Tuhan dan dosa. Tentang bagaimana manusia merasa berdosa dengan segala keresahan dan kesedihan sehingga semuanya hanya bisa dikembalikan pada Tuhan.
4. Makna
Kata-kata yang seakan berupa mantra itu merupakan ekspresi dari doa. Penyair merasa duka, resah dan ragu yang mendalam. Perasaan inilah yang membuat penyair berkeinginan untuk mencapainya walaupun semuanya harus sia-sia.
Semuanya hanya tinggal perasaan waswas dan kehampaan. Kehampaan yang dirasakan itu dilambangkan dengan kata bolong dan kosaong yang seakan-akan seperti huruf O. Jadi sebenarnya huruf O adalah penggambaran dari perasaan hampa dan kosong sang penyair.
Selain itu kata-katanya yang seperti mantra seakan-akan menyiratkan bahwa puisi itu adalah doa. Hingga puisi itu merupakan hakikat dari Tuhan dan dosa. Tentang bagaimana manusia merasa berdosa dengan segala keresahan dan kesedihan sehingga semuanya hanya bisa dikembalikan pada Tuhan.
Sajak ini menggambarkan suasana optimis pada penyair. Suasana optimis ini berubah menjadi absurd, karena walaupun sudak merasa tidak mungkin tetapi masih ada usaha untuk mengapai semua itu. Dengan keyakinan semuanya akan bisa tercapai walaupun itu juga tak mungkin.
Sajak ini kata-katanya dikuai oleh emosi dan rasioyang tak menentu sehingga menjadi sebuah misteri. Karena semuanya seakan hanya sebuah misteri yang seakan-akan semuanya itu sulit untuk dipahamidan terlihat tidak komunikatif.
tulisan ini cukup menginspirasi, tapi masih saya ragukan dengan apa yang ditulis disini, siapakah sang penganalisis?
ReplyDelete