Kembalikan Indonesia Padaku
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,
yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bolayang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam
dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,
sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam
dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam
karena seratus juta penduduknya,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Kembalikan
Indonesia
padaku
Paris, 1971
Karya: Taufiq Ismail
A. Unsur Instrinsik
- Tipografi
Puisi “Kembalikan Indonesia Padaku” memiliki bentuk permainan tipografi yang cukup menarik, dengan bentuk pengulangan-pengulangan kalimat yang cukup kreatif.
- Diksi
Diksi atau pilihan kata yang terdapat pada puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul Kembalikan Indonesia padaku adalah beliau menggunakan kata tentang banyak hal yang mengkritisi kehidupan sosial bernegara. Kritik terhadap kepincangan sosial dan berbagai peristiwa yang menimpa masyarakat diungkapkan oleh beliau secara lugas dan jelas, menohok, dan jujur. Puisinya tersebut mengekspresikan bentuk kerisauan beliau terhadap kondisi politik, ekonomi, sosial, dan hukum yang terjadi pada sistem kehidupan di negaranya. Beliau memberikan pencerahan kondisi objektif Indonesia kepada para pembaca. Objektivitas yang beliau tampilkan semata-mata bukanlah untuk kepentingan politik tertentu, melainkan ungkapan naluri seorang anak bangsa yang tergerak hatinya untuk menyuarakan kondisi real negaranya kepada orang lain. Beliau berbicara dengan jujur pada kapasitas dirinya sebagai seorang sastrawan.
- Majas
Adapun majas yang digunakan dalam puisi Kembalikan Indonesia Padaku adalah sebagai berikut:
1) Majas Metafora
Majas metafora yaitu majas yang berupa kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan benda yang menggantinya. Majas yang digunakan didalam teks puisi ini secara keseluruhan kebanyakan berupa gaya metafora. Hari depan Indonesia dengan bola-bola lampu 15 wat, bola seperti telur angsa. Metafora yang begitu hidup hampir di setiap baitnya. Gaya membuat imaji penglihatan baik mata dan mata batin seseornag dapat merasakan apa yang penyair rasakan. Mengetahui apa yang penyair ketahui.
2) Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah pengungkapan yang berlebihan atau membesar-besarkan. Hari depan Indonesia adalah Pulau Jawa yang tenggelam karena seratus juta penduduknya. Dalam puisi tersebut penyair terlalu melebih-lebihkan untuk melukiskan hari depan Indonesia.
3) Majas Sinekdoke Pars Pro Toto
Majas sinekdoke pars pro toto yaitu ungkapan yang menggunakan sebagian untuk menyatakan keseluruhan. Seperti kalimat Kembalikan Indonesia Padaku.
- Citraan
Puisi ini justru menimbulkan kesegaran daya pembangkit imajinasi pembaca, seperti hari depan Indonesia, dua ratus juta mulut yang menganga, pertandingan pingpong siang malam.
- Amanat
Puisi-puisi karya Taufiq Ismail umumnya merupakan puisi yang berisi keritikan sosial seperti halnya puisi Kembalikan Indonesia Padaku. Kritik sosial muncul sesuai dengan keadaan yang sedang berlangsung di Indonesia.
Penyair ingin menyampaikan harapan akan perubahan Indonesia dimasa yang akan mendatang. Puisi ini mengamanatkan agar masyarakat Indonesia dengan semangat nasionalisme melakukan perubahan kearah yang lebih baik nantinya dan pemerintah lebih peduli lagi terhadap negaranya.
- Verifikasi
- Pada bait pertama, tampak penggunaan asonansi a. hampir pada setiap kata pada baris pertama menggunakan asonansi a. hal ini menunjukkan kemampuan Ismail memanfaatkan bunyi secara maksimal. Terlepas dari apa yang ingin dikomunikasikan penyair, yang jelas bunyi sajak itu telah mengarahkan perhatian ornag yang membaca atau mendengarkannya. Oleh karena itu, perulangan bunyi dalam sajak harus mendapat perhatian dalam upaya memahaminya. Pada baris ke empat pun kombinasi bunyi y-y-g terkesan menimbulkan imaji pada pembaca. Pada baris ke enam unsur musikalitas muncul dalam sajak secara teratur. Asonansi I dominan dengan dipadu bunyi sengau ng. Pada baris terakhir ditutup perpaduan asonansi a dan r secara berurutan. Pada baris 5 sampai 8 terdapat persamaan bunyi akhir yang berulang secara terpola. Pada bait ini terdapat anafora sebanyak 4 kali untuk kalimat kembalikan Indonesia padaku. Anafora adalah pengulangan bunyi, kata, atau struktur sintaksis pada larik-larik atau kalimat-kalimat yan gberurutan untuk memperoleh efek tertentu.
- Pada bait ke dua, karena tidak banyak barisnya maka yang paling dominan asonansi a, sama seperti judul puisi.
- Pada bait ke tiga. Pada awal baris terdapat perpaduan kombinasi asonansi a dan i . bunyi I menyebabkan irama yang terkesan rapid an indah yang berada diujung baris. Pada baris ke ketiga tedapat perpaduan yang indah antara bunyi a dan e. bunyi e ini menimbulkan kesan yang sangat mendalam di ujung baris karena menyimpan makna yang mendalam. Asonansi a dan I secara keseluruhan terjadi secara kombinasi antara bunyi yang satu dengan yang lain. Pada baris ke satu, tujuh, dan delapan terdapat asonansi i yang cukup signifkan. Irama pada bait ke dua ini lebih banyak daripada bait pertama. Yang dimaksud dengan irama adalah semua yang mempunyai gerakan, semua yang mempunyai bunyi, atau segala sesuatu yang mampu menimbulkan gerakan dalam sukma manusia dapat disebut irama.
- Bait ke empat sama dengan bait ke dua mempunyai kombinasi bunyi a dan i pada baris ke 1 dan ke 2.
- Bait ke lima, irama yang hampir sama dengan bait ke 2 pada baris pertama yaitu, lebih banyak menimbulkan perpaduan antara bunyi a dan i. pada baris 1 sampai 4 terdapat persamaan rima m-a-m-a.
- Bait ke enam, mempunyai kombinasi bunyi a dan i pada baris ke 1 dan ke 2.
- Nada
- Perasaan
Dalam puisi tersebut menggambarkan perasaan penyair yang ingin mengkritik kebijakan pemerintah. Menurut Taufiq Ismail, hari depan Indonesia itu sangat penting, maka dari itu masyarakat harus terus menyoroti pemerintah. Penyair ingin mengatakan di dalam membuat kebijakan, sistem, dan aturan jangan sampai membelenggu potensi manusia yang hidup di Negara Indonesia. Apabila kretivitas masyarakat terutama pemuda-pemudi Indonesia dibelenggu pada akhirnya tidak dapat menghasilkan genarasi bangsa yang berkualitas.
- Tema
- Kata Konkret
...
Kembalikan
Indonesia
padaku
B. Unsur Ekstrinsik
- Biografi Taufiq Ismail
- Tirani, Birpen KAMI Pusat (1966)
- Benteng, Litera ( 1966)
- Buku Tamu Musium Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta (buklet baca puisi) (1972)
- Sajak Ladang Jagung, Pustaka Jaya (1974)
- Kenalkan, Saya Hewan (sajak anak-anak), Aries Lima (1976)
- Puisi-puisi Langit, Yayasan Ananda (buklet baca puisi) (1990)
- Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda (cetak ulang gabungan) (1993)
- Prahara Budaya (bersama D.S. Moeljanto), Mizan (1995)
- Ketika Kata Ketika Warna (editor bersama Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabbar, Amri Yahya, dan Agus Dermawan, antologi puisi 50 penyair dan repoduksi lukisan 50 pelukis, dua bahasa, memperingati ulangtahun ke-50 RI), Yayasan Ananda (1995)
- Seulawah — Antologi Sastra Aceh (editor bersama L.K. Ara dan Hasyim K.S.), Yayasan Nusantara bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Khusus Istimewa Aceh (1995)
- Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda (199 8)
- Dari Fansuri ke Handayani (editor bersama Hamid Jabbar, Herry Dim, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2001), Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2001)
- Horison Sastra Indonesia, empat jilid meliputi Kitab Puisi (1), Kitab Cerita Pendek (2), Kitab Nukilan Novel (3), dan Kitab Drama (4) (editor bersama Hamid Jabbar, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Herry Dim, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2000-2001, Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2002)
- Banjour Tristesse (terjemahan novel karya Francoise Sagan, 1960)
- Cerita tentang Atom (terjemahan karya Mau Freeman, 1962)
- Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam (dari buku The Reconstruction of Religious Thought in Islam, M. Iqbal (bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad), Tintamas (1964)
- Nilai-nilai
Puisi-puisi karya Taufiq Ismail ini dilatarbelakangi oleh rasa jenuh terhadap kehidupan tanah air. Oleh sebab itulah, ia ingin mencoba mengembalikan Indonesia ke dalam norma atau ajaran yang baik dan benar, kembali ke dalam ajaran Allah. Hal ini tidak terlepas dari karya-karyanya yang meskipun bernuansa kritik sosial, namun kekhasan karyanya masih menunjukkan ajaran-ajaran islam. Hal ini tidak terlepas dari mayoritas penduduk Indonesia adalah seorang muslim. Dalam hal ini, melalui karyanya ia menginginkan Indonesia kembali menjadi negara yang berbudi luhur seperti dalam ajaran nabi Muhammad SAW. dan hadist.
b. Nilai Sosial
Dalam puisi Kembalikan Indonesia Padaku digambarkan tentang kondisi Indonesia di masa depan yang suram. Saat itu, penulis menginginkan Indonesia diperbaiki pada saat itu juga, tidak mengungkung rakyatnya, dan memberikan kebebasan bagi rakyat Indonesia untuk bersuara sehingga terciptanya kesejahteraan sosial bagi semua rakyat Indonesia.
- Kemasyarakatan
Kalimat-kalimat sebagian besar kiasan tertata dengan apik dan menyentuh hati pembacanya. Bila dilihat dari tahun pembuatannya, 1971, tentu banyak orang bisa menyadari gejolak serta keadaan Indonesia pada masa itu yang masih belum stabil. Terlebih jarak dari kemerdekaan serta berbagai hal yang terjadi setelah kemerdekaan yang masih membuat Indonesia diliput berbagai macam masalah.
- Makna Puisi
Gambaran hari depan itu sangat banyak terlihat di dalam bait 1, 3, dan 5. Pada bait pertama Penyair menggambarkan bahwa hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga. Dua ratus juta bisa saja menandakan jumlah penduduk yang akan kehilangan kecakapannya di dalam berkomunikasi karena sudah tercengang melihat kondisi yang serba carut marut. Ketika semua orang didikte oleh pimpinan sehingga mereka kehilangan potensi, kreativitas, dan keberanian mereka untuk mengaktualisasikan apa yang mereka miliki. Selain itu, hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam. Ini menggambarkan kondisi yang sangat parah bahwa ketika hari depan itu adalah sebuah pertandingan bisa diartikan sebuah kompetensi, daya tahan terhadap tekanan, kegiatan untuk tetap eksis. Mereka harus berjuang menentang arus. Menentang system yang ada.
Pad baris ke 2 bait pertama juga jelaskan bahwa hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat. Sebuah gambaran tentang kepesimisan. Bola-bola itu bisa saja tertuju kepada manusia yang hidup di sana atau Indonesia secara umum.
Terakhir gambaran yang diberikan penyair adalah sebuah kondisi terburuk yang akan di alami, bahwa hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang tenggelam. Pemilihan pulau jawa tentu mempunyai alasan tersendiri bagi penyair, selain sebagai pulau terpadat jumlah penduduknya, pulau jawa adalah meruapakan pusat kegermelapan aktivitas di Indonesia. Banyak orang berjiwa seni disana.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete