SURAT DARI IBUUNSUR INSTRINSIK
Pergi ke dunia anak-anaku sayang
pergi ke hidup bebas!
Sesama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Sesama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
Boleh engkau datang padaku!
Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam!
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"Tentang cinta dan hidupmu pagi hari"
karya : Asrul Sani
- Tema
Setelah pemuda memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup, dinyatakan dengan "Jika bayang telah pudar/dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku!" Pada bait terakhir, sang ibu meminta anaknya "pulang kembali ke balik malam untuk "bercerita tentang cinta dan hidupmu pagi hari".
- Perasaan
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas!
Sesama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.
- Nada dan Suasana
- Amanat
Melalui puisinya, pengarang juga mau menyampaikan pesan/amanat bahwa:
- Kesuksesan seorang anak hendaknya tidak menjadikannya lupa kepada kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah mengandung dan melahirkannya.
- Seorang ibu tidak pernah menginginkan kesuksesan ataupun buah kesuksesan anaknya (berupa harta/uang). Seorang ibu akan cukup berbahagia jika anaknya masih mau meluangkan waktu berkumpul dengannya untuk sekedar bercerita tentang pengalaman hidupnya dan kesuksesannya. Maka, seorang anak hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan selalu memperhatikan orang tuanya.
- Biografi Asrul Sani
Asrul Sani berasal dari keluarga yang terpandang. Ayahnya adalah seorang raja yang bergelar “Sultan Marah Sani Syair Alamsyah Yang Dipertuan Sakti RaoMapat”. Meski membenci Belanda, ayahnya sangat menggemari musik klasik (aliran musik bergengsi dari Eropa yang tidak biasa didengar oleh penduduk pribumi pada saat itu, apalagi di daerah terbelakang seperti Rao). Oleh karena itu, Asrul patut berbangga hati karena sebelum bersekolah, ia sudah mendengar karya-karya terkenal dari Schubert.
Ibunya adalah seorang wanita yang sederhana, namun sangat memperhatikan pendidikannya. Sejak kecil ia dimanjakan oleh ibunya dengan buku-buku cerita ternama. Ibunya selalu membacakan buku-buku tersebut untuknya. Oleh karena itu, sekali lagi, ia patut berbangga hati karena sebelum pandai membaca, ia sudah mendengar cerita Surat Kepada Raja karya Tagore.
Inilah gambaran Asrul muda di mata Pramoedya Ananta Toer:
Seorang pemuda langsing, gagah, ganteng, berhidung mancung bersikap aristokrat tulen…Tinggalnya di jalan Gondangdia Lama. Mendengar nama jalan ini saja, kami pribumi kampung yang lain, mau tak mau terpaksa angkat pandang menatap wajahnya. Di Gondangdia Lama hanya ada gedung-gedung besar, megah, dan mewah. Akan tetapi, kami pun punya kebanggaan “penerbitan kami”. Begitulah, pada suatu kali kami undang dia datang menghadiri diskusi sastra. “Penerbitan” kebanggaan kami, kami perlihatkan kepadanya. Dia baca pendapat redaksi tentang sajak-sajak peserta. Tentunya, kami ingin tahu pendapatnya, dan sudah tentu juga perhatiannya. Ternyata pendapat dan perhatiannya tepat sebaliknya daripada yang kami harapkan. Aku masih ingat kata-katanya: “Tahu apa orang-orang ini tentang sajak?” Dan, kami pun sadar, sesungguhnya kami tidak tahu. Tapi itu tidaklah begitu mengejutkan dibanding dengan kata-katanya yang lain: “Tahu apa orang-orang ini tentang Keats dan Shelley! Bukan hanya kami yang baru dengar kata-kata aneh itu, juga Victor Hugo-nya Sanjaya menjadi gagu kehilangan lidah!
Pemuda berpeci merah tebal itu adalah asrul Sani . Dan “penerbitan” kamipun mati kehabisan darah kebakaran semangant.
Asrul memulai pendidikan formalnya di Holland Inlandsche School(HIS), Bukittinggi, pada tahun 1936. Lalu, ia masuk ke SMP Taman Siswa, Jakarta (1942), Sekolah Kedokteran Hewan, Bogor (194.). Ia menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1955. Jadi, ia adalah seorang dokter hewan. Akan tetapi, gelar bergengsi itu tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari dunia seni (sastra, teater, dan film). Bahkan, di sela-sela kuliahnya, ia masih sempat belajar drama di akademi seni drama di Amsterdam (bea siswa dari Lembaga Kebudayaan Indonesia-Belanda, 1952).
Asrul Sani bisa memuji secara habis, selamanya disediakan tempat yang lebih tinggi bagi dirinya. (M. Balfas dalamHutagalung)g
Di dalam dunia sastra Asrul Sani dikenal sebagai seorang pelopor Angkatan ’45. Kariernya sebagai Sastrawan mulai menanjak ketika bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin menerbitkan buku kumpulan puisi yang berjudul Tiga Menguak Takdir. Kumpulan puisi itu sangat banyak mendapat tanggapan, terutama judulnya yang mendatangkan beberapa tafsir. Setelah itu, mereka juga menggebrak dunia sastra dengan memproklamirkan “Surat Kepercayaan Gelanggang” sebagai manifestasi sikap budaya mereka. Gebrakan itu benar-benar mempopulerkan mereka.
Sebagai sastrawan, Asrul Sani tidak hanya dikenal sebagai penulis puisi, tetapi juga penulis cerpen, dan drama. Cerpennya yang berjudul “Sahabat Saya Cordiaz” dimasukkan oleh Teeuw ke dalam “Moderne Indonesische Verhalen” dan dramanya ,Mahkamah, mendapat pujian dari para kritikus. Di samping itu, ia juga dikenal sebagai penulis esai, bahkan penulis esai terbaik tahun ’50-an. Salah satu karya esainya yang terkenal adalah “Surat atas Kertas Merah Jambu” (sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda).
Sejak tahun 1950-an Asrul lebih banyak berteater dan mulai mengarahkan langkahnya ke dunia film. Ia mementaskan “Pintu Tertutup” karya Jean-Paul Sartre, “Burung Camar” karya Anton P. Chekov, dll. Ia menulis skenario film “Lewat Jam Malam (mendapat penghargaan dari FFI, 1955), “Apa yang Kau Cari Palupi?” (mendapat Golden Harvest pada Festival Film Asia, 1971), “Kemelut Hidup” (mendapat Piala Citra 1979),dll. Ia juga menyutradarai film “Salah Asuhan” (1972), “Jembatan Merah” (1973), Bulan di atas Kuburan (1973), dll.
Banyak sekali pekerjaan yang dilakukan Asrul Sani semasa hidupnya dan berbagai bidang pula. Ia pernah menjadi Laskar Rakyat (pada masa proklamasi), redaktur majalah (Pujangga Baru, Gema Suasana, Siasat, dan Zenith). Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1977—1987), Ketua Lembaga Seniman Kebudayaan Muslim (Lesbumi), Anggota Badan Sensor Film, Pengurus Pusat Nahdatul Ulama, Anggota DPR-MPR (1966—1983), dll.
Dalam perjalanan hidupnya, Asrul pernah menikah dua kali. Yang pertama, ia menikahi Siti Nuraini, temannya sesama wartawan, pada tanggal 29 Maret 1951, di Bogor (dan bercerai pada tahun 1961). Yang kedua, ia menikahi Mutiara Sarumpaet, 22 tahu lebih muda darinya, pada tanggal 29 desember 1972. Dari pernikahannya yang pertama, Asrul dikaruniai tiga anak perempuan dan dari pernikahannya yang kedua Asrul dikaruniai tiga anak laki-laki
Pada masa akhir hidupnya, istrinya, Mutiara Sarumpaet, tetap setia mendampinginya. Asrul yang mulai renta dan sudah harus duduk di kursi roda tidak menghalangi keduanya untuk tampil di depan umum dengan mesra. Ketika menghadiri acara pelantikan Prof. Riris K. Toha Sarumpaet, Ph.D. (adik kandung Mutiara) menjadi guru besar di Universitas Indonesia (3 September 2003), Mutiara dengan mesra menyuapi Asrul di atas kursi rodanya. Makanan dan minuman yang sesekali meluncur dari bibir dan mengotori dagunya, dilap oleh Mutiara dengan lembut.
Karya-Karya Asrul Sani
I. Karya Asli
a) puisi
b) cerita pendek
c) drama
d) esai
II. Karya Terjemahan
a) puisi
b) cerita pendek
c) novel (masih berupa naskah)
d) drama (sebagian besar masih berupa naskah)
MAKNA PUISI
Analisis kebahasaan dan makna
Puisi Surat dari Ibu, karya Asrul Sani
NO
|
Larik Puisi
|
Makna
|
1
|
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
|
mencari pengalaman dan menambah wawasan
laut lepas = kata simbol (=dunia / masyarakat / ilmu
pengetahuan / kehidupan)
|
2
|
pergi ke alam bebas!
|
Alam bebas = kt. Simbol (=membebaskan pikiran;
menambah wawasan agar pergaulan dan pengetahuannya luas)
|
3
|
Selama hari belum petang
|
Selama sang anak belum menadi tua
Petang = kiasan; simbol (=tua)
|
4
|
dan warna senja belum kemerah-merahan
|
Dan pemikirannya belum penuh dengan beban pemikiran
tentang hidup
Senja belum kemerah-merahan = suasana suram /
pekat;menggambarkan pikiran orang tua yang penuh dengan permasalahan hidup
|
5
|
menutup
pintu waktu lampau
|
Kita tak mungkin kembali ke masa lalu
Ket :
· baris 4-5 mengandung majaspersonifikasi;
karena hari diandaikan berlaku seperti manusia (menutup pintu)
· baris 3-5 mengandung citraan / imaji
visual
|
6
|
Jika
bayang telah pudar
|
Jika pengalaman yang didapat telah banyak ;
digambarkan dengan kata-kata konkret pada baris 1-2 yang menggambarkan hari
sudah senja. (Jika bayang telah pudar berarti hari sudah mulai senja
/ dan elang laut pulang ke sarang juga pada waktu senja). Artinya,
pengalaman dan pengetahuan yang didapat sang anak sudah banyak / sudah
mencukupi.
|
7
|
dan elang laut pulang ke sarang
|
|
8
|
angin bertiup ke benua
|
Angin bertiup ke benua / daratan saatnya para
nelayan kembali pulang ke darat; artinya saatnya sang anak kembali pulang.
|
9
|
Tiang-tiang akan kering sendiri
|
Tiang-tiang akan kering sendiri artinya kedewasaan
dan jiwa sang anak sudah kokoh oleh pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh
|
10
|
dan nakhoda sudah tahu pedoman
|
Nakhoda simbol seorang pemimpin yang memimpin
kapalnya.
Kapal simbol kehidupan / perjalanan hidup seseorang
Jadi, nakhoda sudah tahu pedoman = pemimpin
yang sudah tahu tujuan hidupnya. Sang anak diharapkan sudah tahu tujuan hidupnya
|
11
|
boleh
engkau datang padaku!
|
Maka sang anak boleh menceritakan seluruh pengalaman
dan kesuksesannya kepada sang ibu.
|
12
|
Kembali pulang, anakku sayang
|
Sang ibu meminta anaknya pulang
|
13
|
kembali ke balik malam!
|
Kembali untuk menenangkan diri dan beristirahat /
berkumpul dengan keluarga
Malam menggambarkan keadaan; saatnya seluruh anggota
keluarga berkumpul dan beristirahat bersama
|
14
|
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
|
Jika perjalanan hidup; tujuan hidup sang anak telah
tercapai
Digambarkan dengan kapal telah merapat ke tepi
(biasanya kapal akan sandar / merapat ke tepi / pelabuhan jika telah sampai
tujuan)
|
15
|
Kita akan bercerita
|
Kita (=sang ibu dan sang anak) saling menceritakan
pengalamannya; melepas kerinduan
|
16
|
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari”
|
Menceritakan hal-hal yang baik (tentang kesuksesan
sang anak dan bukan tentang keluhan atau kegagalan yang menyebabkan sang ibu
bersedih) digambarkan dengan menceritakan tentang cinta; dan menceritakan
rencana hidup sang anak di masa depan.
|
Analisisnya kok gak lengkap ya?
ReplyDeleteTerima kasih ya Mbak. Tulisannya cukup mengispirasi
ReplyDeleteMaknanya bagus
ReplyDeleteaku dapat nilai 100 deh makasih
Bagus sekali
ReplyDelete😍
terima kasih Mbak
ReplyDeleteMakasih kak
ReplyDeleteThanks yoo
ReplyDeleteMajas nya apa saja ya?
ReplyDeleteKok gak lengkap
ReplyDelete😐
ReplyDeletelebih baik lagi jika ada majasnya. Terimakasih ya
ReplyDeleteHallo
ReplyDeleteBagus banget dongg isi blognya T_T kalau bisa tampilan blognya lebih menarik lagi yaa 👍👍
ReplyDeleteada yang kurang satu bait kak, kayaknya
ReplyDeleteBagus analisis nya
ReplyDeletemantap ...puisi dan artikel yang begitu mencerahkan terimakasih udah bagi-bagi ilmu
ReplyDelete(Wisnu Murti,http://tulisandenpasar.blogspot.com)
Wow this is very good
ReplyDelete(Thank you)