“ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”.Karya : Chairil AnwarBaik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Jangan lagi kau bercerita“ Tokoh aku yang tidak suka mendengar si pengemis meminta-minta sambil memasang wajah susah dan sengsara, bahkan walau keringat banyak bercucuran ia tetap meminta dengan nada yang kasihan sampai ada yang memberinya uang”.
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari luka
Sambil berjalan kau usap juga.
Bersuara tiap kau melangkah“ Dari sudut pandang tokoh aku ia melihat si pengemis selalu meminta belas kasihan di setiap lanngkahnya, mengiba disetiap pandangannya, dan menangis setiap saat dan dia selalu tidur dimanapun dia berada”.
Mengeerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau dating
Sembarang kau merebah.
Mengganggu dalam mimpiku“ Tokoh aku selalu kepikiran dengan sikap si pengemis, Membuatnya berpikir tentang kehidupan yang begitu sulit dan rumit, namun ia ingin mengatakan sesuatu yang selalu menjanggal dipikirannya kepada si pengemis agar mencari nafkah yang lebih baik dari pada meminta-minta”.
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
Baik, baik aku akan menghadap Dia“ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”.
Menyerahkan diri dari segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
B. Unsur Intrinsik Puisi “Kepada Peminta-minta”
Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam naskah puisi tersebut. Adapun unsur-unsur intrinsic puisi yang berjudul “Kepada Peminta-minta” meliputi:
- Tema
- Tipografi
No
|
Bentuk Puisi
|
Kepada Peminta-minta
|
1
|
Bait
|
Terdapat 5 bait
|
2
|
Baris
|
Tiap bait terdiri dari 4 baris
|
- Perasaan
Perasaan dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya. Perasaan yang terdapat dalam “Kepada Peminta-minta” mampu mengungkapkan isi hati penyair yang begitu menginginkan pengemis untuk tidak lagi meminta-minta dan mencari pekerjaan yang lebih baik. Penggunaan kata-katanya sederhana namun dapat membangkitkan perasaan pembaca yang ingin melihat perubahan terhadap cara untuk mencari nafkah. Dalam kalimat
Mengganggu dalam mimpikuPenyair mengungkapkan perasaan yang ingin diutarakan kepada pengemis dimana Tokoh aku selalu kepikiran dengan sikap si pengemis, Membuatnya berpikir tentang kehidupan yang begitu sulit dan rumit, namun ia ingin mengatakan sesuatu yang selalu menjanggal dipikirannya kepada si pengemis agar mencari nafkah yang lebih baik dari pada meminta.
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
- Nada dan Suasana
Baik, baik aku akan menghadap Dia“ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”.
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Suasana yang timbul akibat nada yang disodorkan penyair tersebut membuat pembaca setuju bahwa dalam mencari nafkah tidak seharusnya dengan cara meminta-minta selama kita masih mampu untuk berusaha.
- Diksi
Kata-kata yang dipergunakan dunia persajakan di samping memiliki arti denotatif dapat pula memiliki arti konotatif. Berikut perbandingan pemakaian kata-kata konotatif dalam puisi ” Kepada Peminta-minta” tersebut:
Bait
|
Kepada Peminta-minta
|
|
1
|
Menyerahkan diri dan segala dosa
(baris 2)
|
|
2
|
Nanti
darahku menjadi beku
(baris
4)
|
|
3
|
Nanah meleleh dari muka
(baris 1)
|
|
4
|
Mengerang
tiap kau memandang
(baris
2)
|
|
5
|
Menghempas
diri di bumi keras
(baris
2)
|
|
6
|
Menyerahkan diri dan segala dosa
(baris 2)
|
|
7
|
Nanti
darahku menjadi beku
(baris
4)
|
- Citraan
Citraan
|
Kepada
Peminta-minta
|
|
Penglihatan
|
Nanti
darahku jadi beku
(bait 1
& 5, baris 4)
|
|
Telah
tercacar semua di muka
(bait 2,
baris 2 )
|
||
Nanah
meleleh dari muka
(bait 2,
baris 3)
|
||
Sembarang
kau merebah
(bait 3,
baris 4)
|
||
Pendengaran
|
Bersuara
tiap kau memandang
(bait 3,
baris 1)
|
|
Mengaum
di telingaku
(bait 4,
baris 4)
|
||
Gerak
|
Sambil
berjalan kau usap jua
(bait 2,
baris 4)
|
- Gaya bahasa
Dalam puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar terdapat bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia.
- Verifikasi
- Majas
Gaya Bahasa
|
Kepada Peminta-minta
|
Hiperbola
|
Nanti darahku jadi beku
(bait 1 dan 5, baris 4)
|
Nanah
meleleh dari muka
(bait 2,
baris 3)
|
|
Menghempas
diri di bumi keras
(bait 4,
baris 2)
|
|
Mengaum
di telingaku
(bait 4
baris 4)
|
- Amanat
C. Unsur Ekstrinsik Puisi “Kepada Peminta-minta”
- Biografi Pengarang
Chairil Anwar dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia. Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.
Chairil Anwar dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis. Orang tuanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya. Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman. Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman.
Chairil Anwar juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer Maria Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J.Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia. Semasa kecil di Medan, Chairil Anwar sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil Anwar. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:
Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta
Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya. Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya.
Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam. Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”
Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya. Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta pisah. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda. Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan sipilis.Umur Chairil memang pendek, 27 tahun.
Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.”
- Unsur nilai dalam cerita meliputi nilai ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya, dan lain-lain.
- Nilai ekonomi adalah kita harus berusaha mencari nafkah dan pekerjaan yang lebih baik, buktinya : tokoh aku menginginkan si pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik, sehingga si pengemis bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada meminta-minta.
- Nilai sosial adalah kita sesama manusia harus saling membantu dan tolong menolong. Buktinya : tokoh aku membantu si pengemis dengan cara memberikannya uang dan nasihat.
- Nilai politik adalah kita sebagai penerus bangsa harus menjadi orang yang memiliki kehidupan yang lebih baik untuk dirisendiri, Negara, dan bangsa. Buktinya tokoh aku ingin melihat Negara Indonesia menjadi maju dengan masyarakat yang terus berusaha mencari nafkah dengan pekerjaan yang lebih baik dan mengurangi tingkat populasi pengemis maupun gelandangan.
- Nilai agama adalah kita sebagai umat islam harus selalu berusaha dengan segenap kemampuan sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Allah SWT. Butinya : tokoh aku tidak suka melihat seorang pengemis yang meminta-minta, sedangkan dalam agama Allah SWT menganjurkan umatnya untuk berusaha selama ia bisa melakukannya.
- Nilai budaya adalah kita sebagai generasi penerus harus melestarikan kebiasaan yang baik dan menjauhi kebiasaan yang buruk. Buktinya : melakukan si pengemis akan menjadikan pekerjaan meminta-minta sebagai kebiasaan sehingga ia malas untuk berusaha.
- Nilai pendidikan adalah kita sebagai penerus bangsa harus berusaha dalam belajar agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan berkecukupan.
- Latar Belakang Puisi
Bagus sangat membantu
ReplyDeleteOke
Terima kasih, sangat bermanfaat :)
ReplyDeleteLuar biasa tulisan yang sangat berbobot dan bermanfaat
ReplyDelete