Analisis Puisi Teratai Karya Sanoesi Pane

Analisis kali ini adalah puisi dari Sanoesi Pane pada tahun 1929 yang berjudul "teratai"

Puisi :

TERATAI

Dalam kebun ditanah airku,
Tumbuh sekuntum bunga teratai,
Tersembunyi kembang indah permai,
Tidak terlihat orang yang lalu.

Akarnya tumbuh di hati dunia,
Daun bersemi laksmi mengarang,
Biarpun ia diabaikan orang,
Seroja kembang gemilang mulia.

Teruslah, o Teratai Bahagia,
Berseri di kebun indonesia,
Biar sedikit penjaga taman.

Biarpun engkau tidak dilihat,
Biarpun engkau tidak diminat,
Engkaupun turut menjaga Zaman.

(Sanoesi Pane, 1929)

Analisis Puisi :

A. Unsur Instrinsik : 
  • Tema :
  1. Tema umum sajak teratai adalah kekaguman.
  2. Tema khusus sajak teratai adalah keindahan bunga teratai yang diumpakan sebagai ki Hadjar Dewantara. Teratai yang tumbuh di air yang sangat berlumpur (kotor, coklat) tetapi warna bunganya lebih cemerlang, begitu pula Ki Hadjar Dewantara yang pada awalnya ia berjuang demi pendidikan Indonesia tanpa diketahui oleh semua orang dan pada akhirnya semua orang dapat merasakan hasil dari perjuangannya waktu itu sampai akhir zaman, terutama dalam hal pendidikan di Indonesia.
  •  Rasa :
Feeling atau rasa merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan terhadap puisi. Dalam sajak Teratai sikap atau rasa yang ditunjukan adalah penyair begitu mengagumi sosok Ki Hadjar Dewantara yang berjuang demi pendidikan Indonesia. Ia begitu menyanjungnya, sampai-sampai diumpamakan sebagai bunga teratai.
  • Nada :  
Melalui sajaknya, Sanusi Pane dalam sajak teratai mengajak atau memberi nasihat kepada pembaca untuk meneladani atau mencontoh sifat Ki Hadjar Dewantara. Sifat beliau yang pantang menyerah dan terus berjuang demi pendidikan Indonesia bisa dijadikan teladan oleh para pembaca agar memiliki sifat seperti beliau. Selain itu, penyair juga berusaha untuk membangkitkan semangat nasionalisme pembaca terhadap perjuangan Ki Hadjar Dewantara yang menjadi pelopor pendidikan di Indonesia.  
  • Diksi :
Dalam sajak teratai,  pengarang menggunakan pilihan dan penggunaan kata yang begitu menarik. Dalam sajak teratai terdapat beberapa diksi yang digunakan. Perhatikan penggalan sajak Teratai dibawah ini.
Teratai

…………………
Tidak terlihat orang yang lalu
…………………
Daun berseri Laksmi mengarang
…………………..
Seroja kembang gemilang mulia
………………….
Biarpun engkau tidak diminat
Engkaupun turut menjaga zaman
  • Imajeri (citraan) :     
Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Bersama unsur diksi, kata nyata, majas dan citraan merupakan komponen kunci dalam upaya mengapresiasi karya sastra puisi. Dalam sajak Terataipun penyair berusaha menggunakan citraan agar pembaca ikut terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair.
Perhatikan penggalan sajak dibawah ini.

…………………………..
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu
…………………………..
Biarpun engkau tidak dilihat
…………………………...
Larik-larik diatas dapat masukkan ke dalam citra penglihatan.
Kata-kata konkret   
Dalam membuat sebuah sajak seorang penyair berupaya menumbuhkan pembayangan para penikmat sajaknya melalui diksi-diksi yang dipilihnya. Begitu juga dengan sajak “Teratai” karya Sanusi Pane. Dalam sajak tersebut pada umumnya setiap kata yang digunakan pada tiap-tiap larik dapat dipahami, artinya dapat menimbulkan pembayangan yang lengkap tentang sesuatu. Penyair banyak menggunakan kata-kata nyata yang dapat dipahami pembaca. Tetapi selain itu, ada juga kata yang sulit menimbulkan pembayangan bagi pembaca atau disebut Blank Word .
Perhatikan penggalan sajak Teratai dibawah ini.
………………………..
Daun berseri Laksmi mengarang
………………………..
Bagi sebagian orang kata Laksmi mungkin merupakan blank word , karena tidak semua orang tahu apa makna kata Laksmi dalam sajak tersebut. Karena penulisan kata Laksmi tersebut menggunakan huruf kapital pada awal katanya, maka mungkin saja si pembaca hanya menafsirkan bahwa Laksmi tersebut nama seorang wanita tanpa tahu maksud pengarang kenapa menggunakan nama tersebut.

  • Majas (Gaya bahasa):
Majas personifikasi, Personifikasi merupakan penggambaran dari sebuah ide, objek atau binatang yang seolah-olah berlaku seperti manusia. personifiaksi menyatakan sebuah bentuk dari perbandingan dan membuat penyair mampu untuk menggambarkan dengan tenaga dan vitalitas dari yang semestinya tidak hidup. Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati atau barang yang tak bernyawa seolah-olah dapat bertingkah laku seperti manusia.
Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri
Berseri di kebun
Metafora, gaya bahasa perbandingan yang sifatnya tidak langsung dan implisit. analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dengan kias perwujudan. Hubungan antara sesuatu yang dinyatakan pertama dengan yang kedua hanya bersifat sugesti, tidak ada kata-kata petunjuk perbandingan eksplisit.
Engkau pun turut menjaga zaman
Repetisi bentuk gaya pengulangan dengan menampilkan pengulangan kata atau kelompok kata yang sama. Kata atau kelompok kata yang diulang ke dalam repetisi bisa terdapat dalam satu kalimat atau lebih, dan berada pada posisi awal, tengah, atau di tempat lain.
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Aliterasi, gaya bahasa dengan menggunakan pengulangan konsonan. Diksi yang dipilih adalah kata-kata yang memiliki wujud fisik hampir mirip, beberapa konsonan sama, memiliki makna seiring yang bisa dipadukan satu sama lain sehingga menimbulkan arti yang dalam dan suara yang indah. Diksi aliterasi mengedepankan bentuk dan fonologi untuk mendapatkan efek estetis.
Seroja kembang gemilang mulia
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Teruslah O Teratai Bahagia
Sinekdoke, adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan (pars pro toto) atau menyebutkan keseluruhan untuk sebagian (totem pro parte).
Berseri di kebun Indonesia
Dalam kebun di tanah airku
  • Versifikasi :
Unsur versifikasi mencakup kajian tentang tentang rima (persanjakan), ritme (irama) dan meutrum. Irama dalam kajian puisi erat kaitannya dengan persanjakan yang digunakan. Adapun dalam sajak Teratai kita bisa melihat rima yang digunakan.
Perhatikan rima yang terdapat dalam sajak Teratai dibawah ini.

Teratai

Dalam kebun di tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Tersembunyi kembang indah permai
Tidak terlihat orang yang lalu

Akarnya tumbuh di hati dunia
Daun berseri Laksmi mengarang
Biarpun dia diabaikan orang
Seroja kembang gemilang mulia
………………………………
Dalam bait diatas termasuk kedalam rima berpeluk, yakni persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan larik ketiga (ab-ba).
  • Amanat :
  1. Janganlah kita mengabaikan hal-hal yang sama sekali tidak terlihat baik diluarnya karena sesungguhnya hal-hal tersebut dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat besar apabila kita benar-benar bisa memanfaatkannya. 
  2. Dalam memperjuangkan sesuatu yang baik kita harus bersungguh-sungguh, janganlah kita mudah menyerah karena kebaikan pasti akan berakhir baik.
  3. Dimanapun kita berada atau dilingkungan apapun kita tidak boleh gampang terpengaruh, tetaplah percaya diri.

B. Unsur Ekstrinsik :

  • Biografi Sanoesi Pane :
Dilahirkan di Muara Sipongi, Tapanuli, pada tanggal 14 Mei 1905. Meninggal di Jakarta tanggal 2 Juni 1968. Setelah menamatkan H.I.K. Gunung Sari, lalu mengajar bahasa Melayu di situ, waktu itu usianya baru 19 tahun. Kemudian iapun mengajar juga di H.I.K. pemerintah di Lembang, Bandung.
Seperti ternyata dalam sajak-sajak dan karangan-karangannya. Ia sangat tertarik oleh kebudayaan dan mistik India dan Jawa. Pada tahun 1928 ia berangkat ke tanah Hindu dan di sana ia menulis sajak-sajaknya yang paling baik yang kemudian diterbitkan dengan judul Madah Kelana (1931). Sepulangnya di tanah air, ia menerbitkan dan memimpin majalah Timboel edisi bahasa Indonesia, aktif menulis dalam Poedjangga Baroe, terutama karangan-karangan tentang sejarah, kebudayaan dan filsafat.


Tahun 1934 ia memimpin Perguruan Rakyat di Jakarta dan aktif dalam jurnalistik antaranya menjadi pemimpin harian Kebangunan, lalu menjadi kepala pengarang pada Sidang Pengarang Balai Pustaka. Pada masa inilah ia ikut dalam polemik mengenai masalah kebudayaan dengan Sutan Takdir Alisjahbana, Dr. Soetomo, Poerbatjaraka, dan lain-lainnya.


Karangan-karangannya ialah: Pantjaran Tjinta (1926), Puspa Mega (1927), Madah Kelana (1931) ketiganya berupa kumpulan sajak prosa dan lirik; Kertadjaja (1932), Sandhyakala ning Majapahit (1933), Manusia Baru (1940) ketiga-tiganya sandiwara. Kecuali itu iapun menulis dua buah sandiwara dalam bahasa Belanda: Airlangga (1928) dan Eenzame Garoedavlucht (1929). Kecuali Manusia Baru yang mengambil tempat berlakunya di India, semua sandiwara-sandiwara Sanusi berdasarkan sejarah jaman Hindu di Jawa. Dia memang mempunyai minat yang serius terhadap penulisan sejarah nasional Indonesia. Ia menulis Sejarah Indonesia (1942) yang dilengkapkan enam tahun kemudian (1948) dan Indonesia Sepanjang Masa (1952) yang merupakan kritik terhadap cara penulisan sejarah Indonesia hingga saat itu.


Sajak-sajaknya sangat dalam, meski dalam beberapa hal iapun bisa pula riang-riangan. Persoalan-persoalan hidupnya sendiri, bangsanya, dijadikannya persoalan semesta lambang dari manusia yang mencari bahagia. Di antara para penyair sebelum perang, Sanusi adalah yang terbesar dan penuh kesungguhan. Sajaknya Sijwa Nataradja adalah salah sebuah sajak besar yang pernah ditulis dalam bahasa Indonesia.

  • Nilai-nilai  :
  1. Nilai Moral : Pada puisi Teratai dalam kata “Tersembunyi kembang indah permai” terdapat nilai moral yaitu Keindahan yang tidak disombongkan dan tidak dinampakkan. Suatu kebaikan yang tidak ditinjilkan, tapi biarlah orang lain yang menilai kebaikan tersebut.
  2. Nilai Pendidikan : Hasil kerja, usaha, dan jerih payah Ki Hajar telah mendunia, tidak hanya di tanah airnya saja. 
  3. NIlai Ketuhanan : Kebaikan, keyakinan, kejujuran, kesucian, keharuman, dan ketulusan yang tidak akan dapat dirasakan, dimengerti jika tidak menyelami lebih dalam terhadap diri dan pribadi Ki Hajar Dewantara sebagai tulus dan suci adalah persembahan kepada Tuhan guna menyelamatkan alam beserta isinya

C. Parafase (Makna Puisi)

Dalam kebun di tanah airku
Kebun diidentikkan dengan Indonesia yang subur, dihuni oleh berbagai jenis karakter, jiwa, manusia,suku, seni, budaya, bahasa suatu bangsa.
Tumbuh sekuntum bunga teratai
Telah lahir bunga indah sebagai lambang ketulusan, kejujuran, ketulusan. Teratai yang tumbuh di air yang sangat berlumpur (kotor, coklat), warna bunganya lebih cemerlang. bunga teratai tersebut tetap menawan dan suci tidak kena pengaruh oleh lumpur. Demikian juga orang bijaksana akan bekerja apapun sebagai darma di dunia.
Tersembunyi kembang indah permai
Keindahan yang tidak disombongkan dan tidak dinampakkan. Suatu kebaikan yang tidak ditinjilkan, tapi biarlah orang lain yang menilai kebaikan tersebut.
Tidak terlihat orang yang lalu
Kebaikan, keyakinan, kejujuran, kesucian, keharuman, dan ketulusan yang tidak akan dapat dirasakan, dimengerti jika tidak menyelami lebih dalam terhadap diri dan pribadi Ki Hajar Dewantara sebagai tulus dan suci adalah persembahan kepada Tuhan guna menyelamatkan alam beserta isinya.
Akarnya tumbuh di hati dunia
Hasil kerja, usaha, dan jerih payah Ki Hajar telah mendunia, tidak hanya di tanah airnya saja.
Daun berseri Laksmi mengarang
Dewi Laksmi digambarkan sebagai suatu Ibu jujur, dengan empat lengan, berpakaian bagus dan permata-permata mahal, menganugerahkan koin-koin dari kemakmuran dan diapit oleh gajah-gajah menandakan kuasa. Fitur paling mencolok dari ilmu arca dari Lakshmi adalah bunga teratai. Arti dari bunga teratai dalam hubungan dengan Shri Lakshmi mengacu pada kemurnian dan kuasa rohani. Dewi Laksmi dilukiskan sebagai perempuan yang cantik berkulit keemasan, dengan empat tangan, duduk atau berdiri di atas bunga teratai yang sedang mekar dan memegang setangkai bunga teratai, yang bermakna kecantikan, kesuburan dan kemurnian.
Duduk dalam lumpur tetapi bunga di atas air, dengan sepenuhnya tidak terjangkit oleh lumpur, bunga teratai mewakili kesempurnaan upacara agama dan otoritas yang naik di atas pencemaran duniawi. Dewi Laksmi disebut juga Dewi Uang. Ia juga disebut "Widya", yang berarti pengetahuan.

Biarpun dia diabaikan orang
Diabaikan dalam baris ini adalah kekuatan dan pengaruh Ki Hajar Dewantara mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu, Ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka  dan bersama kedua rekannya, dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Dengan demikian, ia seakan terabaikan oleh masyarakat Indonesia saat itu.
Seroja kembang gemilang mulia
Seroja = teratai. Ia harum namanya berkat pandangan beliau dari muda sampai konsep tut wuri handayani. Semboyan ini berasal dari ungkapan aslinya Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Hanya ungkapan tut wuri handayani saja yang banyak dikenal dalam masyarakat umum. Arti dari semboyan ini secara lengkap adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan.
Teruslah O Teratai Bahagia
Berseri di kebun Indonesia
Nama Ki Hajar Dewantara akan tetap harum dan dikenang oleh setiap masyarakat Indonesia dari anak-anak sekolah sampai Profesor, Doktor, mentri bahkan presiden sekalipun.
Biar sedikit penjaga taman
Biarpun engkau tidak dilihat
Biarpun engkau tidak diminat
Diabaikannya nilai luhur bangsa seperti budi pekerti menjadikan sistem pendidikan di Indonesia tidak mengajarkan anak didik mampu menghargai atau menghormati orang lain, atau bersikap tenggang rasa. Anak sekolah cenderung mendapat contoh atau teladan buruk tidak saja dari lingkungannya, tetapi juga dari guru sendiri. Ibarat ‘guru kencing berdiri, murid kencing berlari’. Bagaimana guru bisa melarang murid tidak merokok kalau dia sendiri secara sembunyi-sembunyi keluar dari ruang kelas untuk merokok?"
Pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan ke luar atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.

Engkau pun turut menjaga zaman
Ia memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. 
SHARE TO »

12 Responses to "Analisis Puisi Teratai Karya Sanoesi Pane"

-berkomentarlah dengan baik sesuai topik
-menaruh link aktif dianggap spam