Pada suatu hari nanti
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucariKarya : Sapardi Djoko Damono
A. Unsur Instrinsik
- Tifografi
- Diksi
Kata-kata yang digunakan pada puisi ini mudah untuk dipahami, contoh pada kata “Pada suatu hari nanti” pembaca bisa mengerti maksud dari puisi ini bahwa menceritakan sesuatu yang akan datang. Lalu pada kata “Jasadku tak akan ada lagi”sudah jelas bahwa suatu saat nanti tokoh ku tidak akan ada lagi di dunia ini. dan kata-kata pada bait selanjutnya mudah dipahami karena lebih ke makna yang sebenarnya.
- Majas
Pada puisi ini hanya terdapat majas metafora.Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata perbandingan.Metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker, 1978:317).
Yaitu pada bait I, II, dan III :
I
Tapi dalam bait-bait sajak iniII
Kau takkan kurelakan sendiri
Tapi di antara larik-larik sajak iniIII
Kau akan tetap kusiasati
Namun di sela-sela huruf sajak iniPada kata-kata tersebut menggunakan majas metafora karena mengumpamakan sesuatu dengan larik, bait dalam sajak.
Kau takkan letih-letihnya kucari
- Citraan
- Imajeri Pandang
Jasadku tak akan ada lagi
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun di sela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya ku cari - Imajeri Dengar
Suaraku tak terdengar lagi
- Imajeri Rasa
Kau takkan kurelakan sendiri
Kau akan tetap kusisati
- Amanat
- Verifikasi
Rima adalah unsur bunyi untuk menimbulkan kemerduan puisi, unsur yang dapat memberikan efek terhadap makna nada dan suasana puisi, dan juga rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Pada puisi ini semua baitnya mempunyai akhiran i yang memberikan kesan kesetiaan, pengandaian dan rayuan terhadap sesuatu yang akan dihadapi.
2) Ritme
Ritme adalah pengulangan bunyi, kata, frase dan kalimat pada puisi. Pada puisi ini ritma terdapat pada bait I, II, dan III yaitu pengulangan klausa “Pada suatu hari nanti”.
- Nada
- Perasaan
- Tema
- Kata Konkret
Pada puisi ini kata kongkret terdapat pada kata
Namun di sela-sela huruf sajak iniPenyair mengiaskan bahwa kehidupan itu disamakan dengan sela-sela huruf pada kata-kata dalam sajak, yang penyair tak lelah atau letih mencari tujuannya.
Kau takkan letih-letihnya kucari
B. Unsur-unsur Ekstrinsik
- Biografi Penyair
Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan.Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award.Ia juga penerima penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.
Karya-karya
Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sampai sekarang telah ada delapan kumpulan puisinya yang diterbitkan.Ia tidak saja menulis puisi, tetapi juga menerjemahkan berbagai karya asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.
Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya.Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet “Dua Ibu”).Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.Berikut adalah karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.
Kumpulan Puisi/Prosa
- “Duka-Mu Abadi”, Bandung (1969)
- “Lelaki Tua dan Laut” (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
- “Mata Pisau” (1974)
- “Sepilihan Sajak George Seferis” (1975; terjemahan karya George Seferis)
- “Puisi Klasik Cina” (1976; terjemahan)
- “Lirik Klasik Parsi” (1977; terjemahan)
- “Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak” (1982, Pustaka Jaya)
- “Perahu Kertas” (1983)
- “Sihir Hujan” (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)
- “Water Color Poems” (1986; translated by J.H. McGlynn)
- “Suddenly the night: the poetry of Sapardi Djoko Damono” (1988; translated by J.H. McGlynn)
- “Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
- “Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia” (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
- “Hujan Bulan Juni” (1994)
- “Black Magic Rain” (translated by Harry G Aveling)
- “Arloji” (1998)
- “Ayat-ayat Api” (2000)
- “Pengarang Telah Mati” (2001; kumpulan cerpen)
- “Mata Jendela” (2002)
- “Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?” (2002)
- “Membunuh Orang Gila” (2003; kumpulan cerpen)
- “Nona Koelit Koetjing :Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an – 1910an)” (2005; salah seorang penyusun)
- “Mantra Orang Jawa” (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
- Musikalisasi puisi karya SDD sebetulnya bukan karyanya sendiri, tetapi ia terlibat di dalamnya.
- Album “Hujan Bulan Juni” (1990) dari duet Reda dan Ari Malibu.
- Album “Hujan Dalam Komposisi” (1996) dari duet Reda dan Ari.
- Album “Gadis Kecil” dari duet Dua Ibu
- Album “Becoming Dew” (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu
- satu lagu dari “Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti”, berjudul Aku Ingin, diambil dari sajaknya dengan judul sama, digarap bersama Dwiki Dharmawan dan AGS Arya Dwipayana, dibawakan oleh Ratna Octaviani.
- Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata “Ars Amatoria” yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD.
- “Sastra Lisan Indonesia” (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.
- “Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan”
- “Dimensi Mistik dalam Islam” (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel “Mystical Dimension of Islam”, salah seorang penulis.
- Pustaka Firdaus
- “Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia” (2004), salah seorang penulis.
- “Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas” (1978).
- “Politik ideologi dan sastra hibrida” (1999).
- “Pegangan Penelitian Sastra Bandingan” (2005).
- “Babad Tanah Jawi” (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939).
- Makna Puisi
Pada suatu hari nanti
Jasadku tak akan ada lagiDi baris pertama, menjelaskan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Apa yang terjadi di masa depan itu dijelaskan “Jasadku tak akan ada lagi”. Kehidupan ini dikiaskan dengan kata “jasadku” dilanjutkan dengan keterangan “tak akan ada lagi” artinya sesuatu yang tak akan kembali. Jadi baris ke-2 menjelaskan tentang kematian.
Tapi dalam bait-bait sajak ini
Kau takkan kurelakan sendiri
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-I)
Pada baris ke-3 dan ke-4 dijelaskan bahwa penulis tidak merelakan kehidupannya terhenti hanya dikarenakan sebuah kematian (takkan kurelakan sendiri), untuk itu penulis menyelipkan kehidupannya di dalam setiap “bait-bait sajak” yang dapat diartikan sebuah karya sastra.
Pada suatu hari nantiPada di bait kedua dijelaskan bahwa kehidupan tidak akan terhenti hanya dikarenakan kematian. “pada suatu hari nanti” yang menyatakan sesuatu yang masih akan datang. Di baris kedua “suaraku tak terdengar lagi” di bait kedua ini kehidupan dikiaskan dengan kata “suara”. Kehidupan di sini lebih pada tanda kehidupan yang berupa emosi, suara hati, dan apapun yang bersifat kebatinan. “tak terdengar lagi” yang berarti suara (kehidupan) tadi sudah tidak lagi bisa dirasakan oleh indera, yang berarti kematian.
Suaraku tak terdengar lagi
Tapi di antara larik-larik sajak ini
Kau akan tetap kusiasati
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-II)
Kemudian di baris ke-3 dan ke-4 pada bait kedua,
tapi di antara larik-larik sajak iniMenegaskan pengecualian atau penentangan terhadap kematian tersebut, dengan meletakkan kehidupannya dalam setiap “larik-larik sajak”. Di baris ke-4 “kau akan tetap kusiasati” maksudnya yaitu melakukan apapun agar kehidupan tetap hidup dalam karya-karyanya hingga orang-orang yang mencintainya akan selalu merasakan kehadiran jiwa penulis walaupun penulis kelak sudah tiada.
kau akan tetap kusiasati
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-II, baris ke-3&4)
Pada suatu hari nantiBaris pertama masih sama, “Pada suatu hari nanti” menjelaskan tentang apa yang kelak akan terjadi. Pada baris ke-2 “impianku pun tak dikenal lagi” kehidupan disini dilambangkan dengan kata ”impian”. Maksudnya tanda kehidupan yang ditegaskan di sini adalah yang berbentuk keinginan, hasrat, cita-cita. Pada bait “tak dikenal lagi”, maksudnya manusia tanpa sebuah mimpi sama saja dengan mati.
Impianku pun tak dikenal lagi
Namun disela-sela huruf sajak ini
Kau takkan letih-letihnya kucari
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-III)
Di baris ke-3 dan ke-4,
Namun disela-sela huruf sajak iniMenjelaskan bahwa walaupun impiannya (kehidupan) tadi sudah tidak dikenal, namun penulis tetap mencarinya dan berusaha agar kehidupannnya kekal di dalam “sela-sela huruf sajak” yang merupakan kiasan dari karya-karyanya.
Kau takkan letih-letihnya kucari
(Pada Suatu Hari Nanti, bait ke-III, baris ke-3&4)
Aku pengen nanya?... puisi tentang Pada suaru hari nanti.itu di bait ke dua di barisan ke tiga itu Lirik-liri atau Larik-larik.tolong jawab dong
ReplyDeleteTerima kasih membantu sekali
ReplyDeleteLarik-Larik Itu
ReplyDeleteKata benda dan kata kerja ny apa kak
ReplyDeleteDan
Kelebihan dan kekurangan ny juga
Katanya dianalisis tapi kok nggk ada yg dianalisis nggk ada contohnya di buat contoh katanya ππππππKan yg perlu contoh katanyaπ§π‘π
ReplyDelete