Analisis Puisi Mata Pisau Karya Sapardi Djoko Damono

    MATA PISAU

    Mata pisau itu tak berkejap menatap mu

    kau yang baru saja mengasahnya

    berfikir: ia tajam untuk mengiris apel

    yang tersedia di atas meja

    sehabis makan malam;

    ia berkilat ketika terbayang olehnya urat leher mu

    Karya : Sapardi Djoko Damono

A.  Unsur Intrinsik
  • Diksi
Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata oleh penulis untuk menyatakan maksud (KerafdalamWahyudi 1989: 242).

Dalam puisi yang berjudul pada suatu hari nanti karya Sapardi Djoko  Damono ini diksi yang dipakai tidak terlalu sulit, dan pembaca pasti akan mengerti apa makasud dari kata-kata yang dipilih dalam puisi ini.
  • Majas
Majas adalah ungkapan gaya dan rasa bahasa yang menunjukkan kepiawaian penyair.

Menurut Baribin (1990:50) personifikasi ialah mempersamakan benda dengan manusia, hal ini menyebabkan lukisan menjadi hidup, berperan menjadi lebih jelas, dan memberikan bayangan angan yang konkret.

Dalam puisi ini tertulis pada larik pertama “mata pisau itu tak berkejap menatap mu” ini menunjukan bahwa kalimat tersebut masuk ke dalam personifikasi dari kata mata itu tak berkejap menatapmu. Menatapmu disini seolah-olah pisau itu mempunyai mata atau indera penglihatan seperti makhluk hidup ataupun seperti manusia yang mempunyai indera penglihatan.
  • Tema
Herman J. Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair”.

Tema dalam puisi  “matapisau”  adalah Sesuatu hal yang terlihat positif ternyata menyimpan sesuatu hal yang negatif pula, jika kita salah menempatkannya.
  • Perasaan
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Herman J. Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah“ suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
   
Perasaan Penyair dalam puisi ini yaitu ingin menunjukan bahwa sesuatu yang bermanfaat dan bernilai positif bisa menimbulkan hal negatif juga tergantung orang yang memakainya. Dan disini penyair menentang jika sesuatu yang bernilai positif di gunakan untuk hal yang negatif.
  • Nada
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beranekaragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang dikemukakan oleh Herman J. Waluyo (1987:125) “…apakah diaingin bersikap menggurui,  menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
Dalampuisi“ matapisau” Tidak terlihat emosi pada sipenyair,  dan nada dalam puisi ini terkesan datar.
  • Amanat
Herman J. Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair”.

Jika sesuatu hal digunakan untuk hal yang positif maka akan menimbulkan hal yang positif pula dan sebaliknya jika sesuatu hal digunakan untukhal yang negatif maka akan menimbulkan hal yang negatif pula bagi kita.

B. Unsur Intrinsik
  • Biografi Pengarang
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir 20 Maret 1940 di Surakarta) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.

Masa mudanya dihabiskan di Surakarta. Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah “Horison”, “Basis”, dan “Kalam”.

Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.

Karya-karya
Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sampai sekarang telah ada delapan kumpulan puisinya yang diterbitkan. Ia tidak saja menulis puisi, tetapi juga menerjemahkan berbagai karya asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.

Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet “Dua Ibu”). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.

Berikut adalah karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.
Kumpulan Puisi/Prosa


  1. “Duka-Mu Abadi”, Bandung (1969)
  2. “Lelaki Tua dan Laut” (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
  3. “Mata Pisau” (1974)
  4. “Sepilihan Sajak George Seferis” (1975; terjemahan karya George Seferis)
  5. “Puisi Klasik Cina” (1976; terjemahan)
  6. “Lirik Klasik Parsi” (1977; terjemahan)
  7. “Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak” (1982, Pustaka Jaya)
  8. “Perahu Kertas” (1983)
  9. “Sihir Hujan” (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)
  10. “Water Color Poems” (1986; translated by J.H. McGlynn)
  11. “Suddenly the night: the poetry of Sapardi Djoko Damono” (1988; translated by J.H. McGlynn)
  12. “Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
  13. “Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia” (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
  14. “Hujan Bulan Juni” (1994)
  15. “Black Magic Rain” (translated by Harry G Aveling)
  16. “Arloji” (1998)
  17. “Ayat-ayat Api” (2000)
  18. “Pengarang Telah Mati” (2001; kumpulan cerpen)
  19. “Mata Jendela” (2002)
  20. “Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?” (2002)
  21. “Membunuh Orang Gila” (2003; kumpulan cerpen)
  22. “Nona Koelit Koetjing :Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an – 1910an)” (2005; salah seorang penyusun)
  23. “Mantra Orang Jawa” (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
  24. Musikalisasi Puisi
  25. Musikalisasi puisi karya SDD sebetulnya bukan karyanya sendiri, tetapi ia terlibat di dalamnya.
  26. Album “Hujan Bulan Juni” (1990) dari duet Reda dan Ari Malibu.
  27. Album “Hujan Dalam Komposisi” (1996) dari duet Reda dan Ari.
  28. Album “Gadis Kecil” dari duet Dua Ibu
  29. Album “Becoming Dew” (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu
satu lagu dari “Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti”, berjudul Aku Ingin, diambil dari sajaknya dengan judul sama, digarap bersama Dwiki Dharmawan dan AGS Arya Dwipayana, dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata “Ars Amatoria” yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD.

Buku
  1. “Sastra Lisan Indonesia” (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.
  2. “Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan”
  3. “Dimensi Mistik dalam Islam” (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel “Mystical Dimension of Islam”, salah seorang penulis.
Pustaka Firdaus


  1. “Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia” (2004), salah seorang penulis.
  2. “Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas” (1978).
  3. “Politik ideologi dan sastra hibrida” (1999).
  4. “Pegangan Penelitian Sastra Bandingan” (2005).
  5. “Babad Tanah Jawi” (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939).

SHARE TO »

0 Response to "Analisis Puisi Mata Pisau Karya Sapardi Djoko Damono"

Post a Comment

-berkomentarlah dengan baik sesuai topik
-menaruh link aktif dianggap spam