Analisis Puisi Hatiku Selembar Daun Karya Sapardi Djoko Damono

HATIKU SELEMBAR DAUN

hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput;
nanti dulu, biarkan aku sejenak berbaring di sini;
ada yang masih ingin ku pandang yang selama ini senantiasa luput;
sesaat adalah abadi sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi.
Karya Sapardi Djoko Damono
A. Unsur-unsur Instrinsik
  • Tifografi
Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. Pada puisi diatas ditulis hanya dengan menggunakan huruf kecil, baik diawal maupun di amal baitnya sehingga puisi ini berbeda dengan puisi yang lain, karena kebanyakan  puisi-puisi yang dibuat memperhatihan kaidah yang berlaku.
   Namun dalam puisi  Hatiku Selembar Daun ini tidak memperhatikan kaidah yang berlaku, dan ini merupakan cirri khas tersendiri dari puisi ini. Selain itu diakhir baid ke-1 sampai tiga menggunakan tanda titik koma dan pada akhir baid keempat diakhiri dengan tanda titik, walaupun di awal tidak menggunakan huruf kapital.      

  • Diksi
Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Geoffrey (dalam Waluyo, 19987:68-69). Dalam puisi ini penyair memilih kata-kata yang agak mudah dipahami oleh pembaca sehingga pembaca tidak terlalu sulit dalam mengetahui maksud dari puisi ini.
  • Majas
Gaya bahasa, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. Dalam hal ini penyair menggunakan gaya bahasa personifikasi, terwujut pada bait pertama yaitu “hatiku selembar daun melayang jauh di rumput”
  • Citraan
Imajiatau citraan yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Dalam puisi ini pengarang menggunakan imaji penglihatan, tercermin pada bait ke tiga yaitu “ada yang masih ingin ku pandang yang selama ini senantiasa luput.
  • Amanat
Pesan pengarang yang terkandung di dalam puisi untuk pembaca. Pengarang mengingatkan kepada pembaca akan kecilnya manusia dimata Allah.Oleh karenaitu pengarang berpesan kepada pembaca untuk menggunakan waktu sebaik mungkin di dunia ini, bersyukur apabila mendapatkan rahmat dari Allah dan selalu beribadah dan berbuat baik sebelum ajal menjemput.
  • Verifikasi
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan puisinya. Dalam puisi ini penyair menggunakan rima ab-ab dan menggunakan irama yang menunjukkan penyesalan.
  • Nada
Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. Penyair menuangkan penderitaan yang dialaminya kepada pembaca dengan nada penyesalan karena telah menyia-nyiakan waktunya dengan berbuat dosa dan lupa akan kewajibannya untuk beribadah kepada Alah.
  • Perasaan
Dalam puisi ini penyair merasakan penderitaan akibat ulahnya sendiri. Ia telah lupa akan kewajiban untuk beribadah kepada Allah. Sehingga ia mengalami sakaratul maut yang sangat sulit.
  • Tema
Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Dalam puisi ini penyair mengangkat tema tentang keagamaan yaitu orang yang telah lupa akan kewajibannya untuk beribadah. Terbukti pada bait terakhir yaitu “sesaat adalah abadi sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi.
  • Kata Konkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll. Dalam hal ini terwujud pada bait pertama yaitu “hatiku selembar daun dan melayang jauh di rumput. 

B.Unsur-unsur Ekstrinsik
  • Biografi Penyair
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir 20 Maret 1940 di Surakarta) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer.Masa mudanya dihabiskan di Surakarta. Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah “Horison”, “Basis”, dan “Kalam”.
Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.
Karya-karya
Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sampai sekarang telah ada delapan kumpulan puisinya yang diterbitkan. Ia tidak saja menulis puisi, tetapi juga menerjemahkan berbagai karya asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.
Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet “Dua Ibu”). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.Berikut adalah karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.

Kumpulan Puisi/Prosa

  1. “Duka-Mu Abadi”, Bandung (1969)
  2. “Lelaki Tua dan Laut” (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
  3. “Mata Pisau” (1974)
  4. “Sepilihan Sajak George Seferis” (1975; terjemahan karya George Seferis)
  5. “Puisi Klasik Cina” (1976; terjemahan)
  6. “Lirik Klasik Parsi” (1977; terjemahan)
  7. “Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak” (1982, Pustaka Jaya)
  8. “Perahu Kertas” (1983)
  9. “Sihir Hujan” (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)
  10. “Water Color Poems” (1986; translated by J.H. McGlynn)
  11. “Suddenly the night: the poetry of Sapardi Djoko Damono” (1988; translated by J.H. McGlynn)
  12. “Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
  13. “Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia” (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
  14. “Hujan Bulan Juni” (1994)
  15. “Black Magic Rain” (translated by Harry G Aveling)
  16. “Arloji” (1998)
  17. “Ayat-ayat Api” (2000)
  18. “Pengarang Telah Mati” (2001; kumpulan cerpen)
  19. “Mata Jendela” (2002)
  20. “Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?” (2002)
  21. “Membunuh Orang Gila” (2003; kumpulan cerpen)
  22. “Nona Koelit Koetjing :Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an – 1910an)” (2005; salah seorang penyusun)
  23. “Mantra Orang Jawa” (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)
Musikalisasi Puisi
Musikalisasi puisi karya SDD sebetulnya bukan karyanya sendiri, tetapi ia terlibat di dalamnya.

  1. Album “Hujan Bulan Juni” (1990) dari duet Reda dan Ari Malibu.
  2. Album “Hujan Dalam Komposisi” (1996) dari duet Reda dan Ari.
  3. Album “Gadis Kecil” dari duet Dua Ibu
  4. Album “Becoming Dew” (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu
satu lagu dari “Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti”, berjudul Aku Ingin, diambil dari sajaknya dengan judul sama, digarap bersama Dwiki Dharmawan dan AGS Arya Dwipayana, dibawakan oleh Ratna Octaviani.
Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata “Ars Amatoria” yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD.

Buku

  1. “Sastra Lisan Indonesia” (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.
  2. “Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan”
  3. “Dimensi Mistik dalam Islam” (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel “Mystical Dimension of Islam”, salah seorang penulis.
Pustaka Firdaus
  1. “Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia” (2004), salah seorang penulis.
  2. “Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas” (1978).
  3. “Politik ideologi dan sastra hibrida” (1999).
  4. “Pegangan Penelitian Sastra Bandingan” (2005).
  5. “Babad Tanah Jawi” (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939).

SHARE TO »

2 Responses to "Analisis Puisi Hatiku Selembar Daun Karya Sapardi Djoko Damono"

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. sangat mengesankan analisis dalm dan gampang di ikuti alurnya terima kasih untuk jadi inspirasi bagi kami kaum muda

    ReplyDelete

-berkomentarlah dengan baik sesuai topik
-menaruh link aktif dianggap spam