Analisis Puisi Surat Kepada Bunda Karya W.S. Rendra

Menganalisis puisi karya dari "W.S.Rendra" yang berjudul "Surat Kepada Bunda" Sebagai Berikut : 

Puisi  :

Surat Kepada Bunda

Mama yang tercinta
 Akhirnya kutemukan juga jodohku
 Seseorang yang bagai kau
 Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
 Serta sangat menyayangiku

Terpupuslah sudah masa-masa sepiku
 Hendaknya berhenti gemetar rusuh
 Hatimu yang baik itu
Yang selalu mencintaiku
 Kerna kapal yang berlayar
 Telah berlabuh dan ditambatkan
 Dan sepatu yang berat serta nakal
 Yang dulu biasa menempuh
 Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
 Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
 Kini telah aku lepaskan
 Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tenteram, jinak dan sederhana

Mama
 Burung dara jantan yang nakal
 Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang dan telah menemu jodohnya
 Ia telah meninggalkan kandang yang kaubuatkan
 Dan tiada akan pulang
 buat selama-lamanya

Ibuku Aku telah menemukan jodohku
 Janganlah kau cemburu
 Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
 Pada waktunya, aku mesti kaulepaskan pergi

Begitu kata alam.
Begitu kaumengerti
 Bagai dulu bundamu melepas kau
 Kawin dengan ayahku. Dan bagai
Bunda ayahku melepaskannya
 Untuk mengawinimu
 Tentu sangatlah berat
 Tetapi itu harus. Mama!
 Dan akhirnya tak akan begitu berat

Apabila telah dimengerti
Apabila telah disadari

Hari Sabtu yang akan datang
 Aku akan membawanya kepadamu
 Ciumlah kedua pipinya
 Dan panggillah ia dengan kata: Anakku!

Bila malam telah datang
 Kisahkan padanya
 Riwayat para leluhur kita
 Yang ternama dan perkasa
 Dan biarkan ia nanti
 Tidur di sampingmu

Ia pun anakmu
 Sekali waktu nanti
 Ia akan melahirkan cucu-cucumu
 Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu

Dan kepada mereka
 Ibunya akan bercerita
 Riwayat yang baik tentang nenek mereka
 Bunda bapak mereka
Ciuman abadi
 Dari anak lelakimu yang jauh.

Analisis Puisi  :

A.  Unsur Intrinsik
  • Tipografi
Tipografi adalah cara penulisan suatu puisi sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual. (Aminuddin, 1984 : 60)
Menurut  Dr. Herman J. Waluyo (1987:97). Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama, larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait, baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir ketepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal mana tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa.
Penyusunan baris dan bait dalam puisi di atas sudah teratur tetapi dengan baris dan bait yang tidak sama.
  • Diksi
Dalam puisi ini Rendra sebagian besar menggunakan kata-kata yan bermakna polos, lugas, dan denotatif. Namun dalam puisi ini Rendra paling dominan menggunakan kata-kata yang memiliki makna konotatif.
Pemakaian kata-kata yang bermakna konotatif dalam puisi Surat Kepada Bunda ini, antara lain terdapat pada :
Karena kapal yang berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan
Kata-kata diatas dapat diartikan sebagai hati seorang (kapal) yang sudah sekian lama mencari tambatan hati yang tepat (yang berlayar) dan sekarang sudah menemukan orang yang menurutnya sangat tepat untuk dijadikan seorang istri (telah berlabuh dan ditambatkan)
Dan sepatu yang berat serta nakal
Yang dulu biasa menempuh
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara
Kini telah aku lepaskan
Dan berganti dengan sandal rumah
Yang tentram, jinak, dan sederhana
Kata-kata diatas berarti seorang anak yang nakal (sepatu yeng berat serta nakal) yang selalu melakukan sesuatu yang membuat ibunya selalu khawatir(yang dulu biasa menempuh jalan-jalan yang menghawatirkan), dan sekarang telah berubah menjadi orang yang baik dan selalu mendatangkan ketentraman.
Burung dara jantan yang nakal
Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang telah menemui jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
Kata-kata diatas dapat diartikan seorang anak lelaki (burung jantan nakal) yang dirawat sejak kecil (yang dulu kau pelihara) dan sekarang telah menemukan jodohnya sehingga ia harus meninggalkan rumah orang tuanya (kandang yang kau buatkan)
  • Bahasa Kias atau Permajasan
Bahasa kias atau majas adalah suatu alat untuk melukiskan, menggambarkan, menegaskan inspirasi dalam bentuk bahasa dengan gaya yang mempesona Dalam puisi ini menggunakan majas :

1. Personifikasi
Yang mengungkapkan adanya gaya bahasa personifikasi adalah :
Begitu kata alam begitu kau mengerti
Bila malam telah dating
Hari yang sabtu akan datang
2. Hiperbola
Yang menunjukkan gaya bahasa hiperbola nampak sebagai berikut:
Hendaknya berhenti gemetar rusuh
Hatimu yang baik itu
Riwayat para leluhur kita
Yang ternama dan perkasa
Ciuman abadi
Dari anak lelakimu yang jauh
  • Citraan
Citraan adalah gambaran angan atau bayangan yang timbul dalam pikiran setelah seseorang membaca karya sastra puisi. Jadi dengan adanya citraan puisi karya Rendra seolah-olah suatu kejadian itu bergerak dan dapat kita lihat, tetapi sebenarnya tidak. Dalam puisi Surat Kepada Bunda terlihat beberapa citraan, yaitu citraan penglihatan dan pendengaran.

1. Citraan penglihatan
Contoh :
Karna kapal yang berlayar
Telah berlabuh dan ditambatkan
Jalan-jalan yang mengkhawatirkan
Kini terbang menemui jodohnya
Bila malam telah datang

2. Citraan pendengaran
Contoh :
Dan panggillah ia dengan kata: ‘anakku!’
Kisahkan padanya
Riwayat para leluhur kita
  • Amanat
Amanat adalah gagasan yg mendasari karya sastra; pesan yg ingin disampaikan pengarang kpd pembaca atau pendengar. Sadar ataupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya. 

Amanat yang terkandun dalam puisi “Surat Kepada Bunda” antara lain :

1. Hendaknya kita mengatakan segala-sesuatu dengan sejujur-jujurnya   kepada Ibu sebagai orang tua kita. Seperti pada bait :
Mama yang tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
2. Jika memilih pendamping hidup pilihlah yang baik budi pekertinya. Terlihat pada bait:
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku.
3. Sorang Ibu hendaknya mau memberikan restu ketika anaknya telah menemukan jodohnya. Amanat tersebut terlihat pada bait berikut ini:
Ibuku,
Aku telah menemukan jodohku
Janganlah kau cemburu
Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
Pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi
4. Hendaklah seorang Ibu menyayangi menantunya seperti halnya ia menyayangi anak kandungnya sendiri. Amanat tersebut terlihat pada bait berikut ini:
….
Dan akhirnya tak akan begitu berat
Apabila telah dimengerti
Apabila telah disadari
Hari sabtu yang akan datang
Aku akan membawanya kepadamu
Ciumlah kedua pipinya
Dan panggillah ia dengan kata : Anakku!
  • Rima
Verifikasi  menyangkut  rima, ritme dan metrum. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini, penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi. (Dr. Herman J.Waluyo, 1987)

Contohnya pada bait pertama :
Mama yang tercinta
Akhirnya kutemukan juga jodohku
Seseorang yang bagai kau
Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
Serta sangat menyayangiku
Bait tersebut memiliki rima abbab. Selanjutnya pada bait-bait berikutnya dan seterusnya juga mempunyai rima akhir.
  • Nada
Nada ialah alunan lembut, keras, rendah atau tinggi yang terhasil daripada pelbagai jenis bunyi dalam sesebuah sajak yang berhubung erat dengan perasaan, pemikiran dan sikap penyair yang diungkapkan dalam puisinya.
Nada juga berhubung rapat dengan tema, persoalan, rima, jenis dan bentuk sesebuah puisi itu.

Macam-macam nada dalam puisi:
  1. Nada melankolik: nada murung yang menggambarkan suasana hati yang sedih. Tekanan suara lebih rendah dan perlahan serta sesuai untuk puisi yang bertemakan penderitaan, kehampaan dan kerinduan.
  2. Nada romantik: menggambarkan suasana hati yang tenang dan menyenangkan. Tekanan suara agak tinggi dan diselangi oleh tekanan suara rendah dan perlahan. Sesuai untuk puisi yang bertemakan peristiwa indah dan menggembirakan.
  3. Nada patriotik: menggambarkan suasana hati yang penuh bersemangat. Tekanan suara lebih tinggi, pantas atau cepat. Sesuai untuk puisi yang bertemakan perjuangan, bercita-cita tinggi, besar dan mulia.
  4. Nada sinis: menggambarkan suasana hati yang kurang senang. Tekanan suara agak rendah dan perlahan, iaitu bersesuaian dengan puisi yang bertemakan hal yang tidak disukai atau kurang dipersetujui.
  5.  Nada protes: menggambarkan suasana hati yang penuh pertentangan atau pemberontakan. Tekanan suara lebih tinggi dan pantas. Sesuai untuk puisi yang bertemakan ketidakadilan dan ketajaman.
nada dan suasana terkait dengan makna dan pilihan kata-kata yang digunakan penyair.

Jenis nada yang terkandung dalam puisi “Surat Kepada Bunda” karya WS. Rendra tersebut yang paling tepat yaitu Nada Romantik.
  • Perasaan
1.  Perasaan Haru dan sedih.

Contohnya terdapat pada bait :
Begitu kata alam.
Begitu kaumengerti
 Bagai dulu bundamu melepas kau
 Kawin dengan ayahku. Dan bagai
Bunda ayahku melepaskannya
 Untuk mengawinimu
 Tentu sangatlah berat
 Tetapi itu harus. Mama!
 Dan akhirnya tak akan begitu berat
2. Perasaan Bahagia dan Kekeluargaan,

Contohnya terdapat dalam bait :
Ia pun anakmu
 Sekali waktu nanti
 Ia akan melahirkan cucu-cucumu
 Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu
  • Tema
Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yg dipercakapkan, dipakai sbg dasar mengarang, menggubah/mengarang sajak, dsb). Media puisi adalah bahasa. Maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

Tema dalam puisi Surat Kepada Bunda  ini adalah restu seorang ibu. Rendra dalam puisi Surat Kepada Bunda  mengisahkan kehidupan yang dialami seorang anak laki-laki yang telah menemukan jodohnya dan meminta izin kepada ibunya untuk menikahi kekasihnya serta agar ibunya dapat menyayangi menantunya seperti menyayangi anaknya sendiri.
  • Kata Konkret
Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

Contohnya :
Kerna kapal yang berlayar
Dan sepatu yang berat serta nakal
Dan berganti dengan sandal rumah
Burung dara jantan yang nakal
B. Unsur Ekstrinsik
  • Biografi Penulis
Willibrordus Surendra Broto (Rendra) lahir di Solo pada tanggal 7 November 1935. Rendra adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik di Solo, di samping sebagai dramawan tradisional, sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Pada usia 24 tahun Rendra telah menemukan cinta pertamanya pada Sunarti Suwandi, dari wanita yang dinikahinya pada 3 maret 1959, Rendra mendapatkan lima anak. Lalu pada tahun 1970 ditemani Sunarti, Rendra melamar Sito untuk menjadi istri keduanya, dan Sito menerimanya. Satu-satunya kendala datang sari ayah Sito yang tidak mengizinkan putrinya yang beragama Islam menikah dengan pemuda Katolik. Tapi hal itu bukan halangan besar bagi Rendra, ia yang pernah menulis litany dan mazmur, serta memerankan Yesus Kristus dalam lakon drama penyaliban Cinta dalam Luka, memilih untuk mengucapkan dua kalimat syahadat pada hari perkawinannya dengan Sito.

 Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskan di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah. Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat. Ia petama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an. “Kaki Palsu” adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta.

  • Nilai-nilai
a.    Nilai Sosial.

Contohnya pada bait :
Mama yang tercinta
 Akhirnya kutemukan juga jodohku
 Seseorang yang bagai kau
 Sederhana dalam tingkah laku dan bicara
 Serta sangat menyayangiku
b. Nilai Budaya

Contohnya pada bait :
Begitu kata alam.
Begitu kaumengerti
 Bagai dulu bundamu melepas kau
 Kawin dengan ayahku. Dan bagai
Bunda ayahku melepaskannya
 Untuk mengawinimu
 Tentu sangatlah berat
 Tetapi itu harus. Mama!
 Dan akhirnya tak akan begitu berat
c. Nilai Moral

Contohnya pada bait :
Bila malam telah datang
 Kisahkan padanya
 Riwayat para leluhur kita
 Yang ternama dan perkasa
 Dan biarkan ia nanti
 Tidur di sampingmu
  • Kemasyarakatan
Mengisahkan kehidupan yang dialami seorang anak laki-laki yang telah menemukan jodohnya dan meminta izin kepada ibunya untuk menikahi kekasihnya. Hal ini sudah sering kita temukan dalam kehidupan bermasyarakat.
  • Makna Puisi
Makna puisi diatas adalah sebuah rangakaian kata dari Rendra sebagai seorang anak yang telah menemukan pujaan hatinya dan berusaha mengungkapkan niat tulus kepada sang bunda agar bersedia tuk merestui dan menerima sang calon istri yang diidam-idamkan sejak lama.
SHARE TO »

1 Response to "Analisis Puisi Surat Kepada Bunda Karya W.S. Rendra"

  1. Data indentitas dengan judul surat dari bunda kepada calon menantunya

    ReplyDelete

-berkomentarlah dengan baik sesuai topik
-menaruh link aktif dianggap spam