AnalisisPuisi Mencatatkan Kerinduan Karya Taufiq Ismail


Mencatatkan Kerinduan
Kepada bimbo
Setelah 25 tahun
Lirik dituliskan

Sam, tolong catatkan kerinduanku
Pada daun-daun pohon jati
Cil, tolong catatkan kerinduanku
Pada nelayan laut sepi
Jaka, tolong catatkan kerinduanku
Pada kata si rendah hati
In, tolong catatkan kerinduanku
Pada penangkap ikan dan 25 nabi

Adalah sunyi sipres tua
Ada pula awan bulu domba
Adalah anak tak putus bertanaya
Ada pula serangga berkata-kata
Adalah merdu Daud burung-burungnya
Ada pula dedahanan berkosakata
Adalah tongkat nabi Musa
Ada pula eling ranggawarsita
Ada sakratulmaut di mana dia

Dari seribu kerinduan berapa kiranya
Yang dikau derikan
Dari sepuluh kerinduan
Manakah kerinduan
Yang bersangkutan?
Karya : Taufiq  Ismail

A.  Unsur Intrinsik

  • Diksi
Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

Diksiataupemilihan kata yang di gunakandalampuisi di atassalah satunya mengacupadapenggunaansymbol, dan yang digunakanadalahnatural symboldan private symbol.Berikut adalah contoh dari natural symbol yaitu “daun-daun pohon jati”, “nelayan laut”. Kemudian private symbol  yang terdapat pada puisi di atas adalah “pada kata si rendah hati”, “ada pula serangga berkata-kata”.

Selain penggunaan simbol sebagai pilihan kata, Taufik Ismail juga menggunakan pemilihan kata pada judul yang sangat menarik karena sesuai dengan isinya puisi di atas menggambarkan seorang yang sangat rindu dengan teman lamanya yang terpisah 25 tahun.

“Adalah tongkat nabi musa” kata-kata ini terdapat pada bait 3 baris ketujuh, berkonotasi sebagai alat yang bisa merubah segalanya menjadi kenyataan. Seperti yang diketahui bahwa nabi Musa adalah orang yang biasa membelah lautan hanya dengan menggunakan tongkatnya yang dalam hal ini dilambangkan sebagai wujud untuk menunjukan betapa rindunya ia kepada seseorang yang berada di seberang lautan dan seandainya ia memiliki tongkat tersebut maka ia akan membelah lautan demi untuk bertemu dengan seseorang yang dirindukan.

  • Imaji/Citraan
Pada puisi yang di atas pengarang lebih menggunakan imaji penglihatan seperti yang terdapat pada kata “pada daun-daun pohon jati” kata seperti ini terdapat pada bait kedua baris kedua. Pada kata ini pembaca seakan-akan melihat daun pohon jati yang menjadi alat untuk menuliskan pesan yang akan disampaikan. Selain itu pengarang juga menggunakan imaji pikiran sehingga pembaca ikut berpikir tentang apa yang dimaksud dengan “25 Nabi dan tongkat nabi Musa”. Pengarang juga mengajak pembaca untuk turut merasakan betapa ia memiliki perasaan rindu yang sangat mendalam terhadap seseorang yang berada jauh dengan dirinya dan berharap orang yang dirindukan merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan.
  • Majas
Dalam puisi di atas terdapat majas personifikasi dan metafora. Personifikasi terdapat pada kata “dedahanan berkosa kata” kata-kata ini menggambarkan seakan-akan dahan disuatu pohon itu bisa bicara padahal yang bisa bicara itu hanya bisa dilakukan oleh manusia. Tetapi, pada puisi di atas dedahanan digambarkan bisa berbicara dan bisa merangkai kata-kata layaknya manusia. 
Metafora terdapat pada kata-kata seperti “pada kata si rendah hati” ini menggambarkan pengharapannya kepada seorang yang memilki kerendahan hati yang sangat susah untuk didapatkannya. Taufik Ismail mencoba untuk menuangkan betapa ia inginkan seorang yang memiliki kerendahan hati untuk masuk kedalam kehidupannya.

  • Ritme dan rima
Rima yang terdapat pada puisi di atas khususnya pada bait ke 2 baris pertama dan kedua dominan bunyi konsonan n dan pada akhir baris terdapat bunyi vokal i, ini terdapat hingga akhir bait.
Pada bait ketiga baris pertama dan kedua yang dominan adalah bunyi vokal a hingga pada akhir baris dan ini terdapat hingga akhir bait.
Pada bait keempat, dominan adalah bunyi konsonan n bunyi ini sering terdengar pada baris pertama sampai keempat. Pada baris pertama diakhiri dengan vokal a dan pada baris kedua sampai keempat diakhiri dengan konsonan n.

  • Tifografi
Pada puisi ini perwajahan yang ditampilkan Taufik Ismail adalah sebagai berikut :
  1. Pada bait pertama hanya menggunakan tiga baris dengan tampilan huruf yang dibuat miring (italic) . Ini menjadikan puisi semakin terlihat di khususkan kepada seseorang.
  2. Pada bait yang kedua pengarang menggunakan berbagai macam nama orang. Nama-nama ini membuat puisi lebih terlihat menyuruh kepada orang-orang yang namanya disebutkan untuk melakukan apa yang diminta oleh pengarang.
  3. Pada bait yang ketiga, setiap baris pada puisi ini menggunakan huruf A dan huruf kedua dari tiap-tiap baris ini adalah D. Dengan adanya tampilan puisi seperti ini maka puisi terlihat semakin menarik dan indah untuk dibaca.
  • Tema atau Makna
Bila dibaca secara menyeluruh dan penuh penghayatan, maka akan terasa kata-kata yang bersifat penantian dan penuh pengharapan sehingga setelah membacanya akan diketahui bahwa inti dari puisi ini adalah ungkapan kerinduan seseorang terhadap orang yang dinantinya.
  • Nada
Nada yang tergambar pada bait kedua adalah permohonan kepada teman-temannya untuk bisa melakukan apa yang ia perintahkan seperti yang terdapat pada baris pertama “sam, tolong catatkan kerinduanku” kata tolong disini adalah kata yang menunjukan permohonan kepada seseorang.
Pada bait yang ketiga adalah nada kepasrahan kepada sang penguasa dalam hal ini adalah Tuhan. Seperti yang terdapat pada kata “ada sakratul maut di mana dia” kata seperti ini adalah kata yang menggambarkan kepasrahan kepada sang halik.

  • Amanat
Melalui puisinya ini Taufik Ismail ingin mengajarkan dan mengajak pembaca untuk selalu ingat kepada teman lama dan tidak sungkan untuk kembali menyapanya walau sudah lama tidak bertemu.seperti yang digambarkan pada puisi ini ia terpisah dengan seseorang selama 25 tahun namun ia masih merindukan dan ingin berjumpa dengan teman lama yang selalu dirindukannya.
Pada puisi yang berjudul “Mengatakan Kerinduan” ini mengandung pendekatan sosial sebagai berikut :

  1. Pada zamannya Taufik Ismail adalah seorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, maka dilihat dari segi inilah puisi yang berjudul “Mengatakan Kerinduan” ini di buat dengan tingkat penalaran yang tinggi, misalnya pada kata tongkat nabi musa dan eling Ranggawarsita pada kata-kata ini pengarang dituntut harus memiliki pengetahuan dan yang mendalam serta wawasan yang tinggi.
  2. Taufik ismail juga seorang yang romantis, seperti yang terdapat dalam biografinya mengatakan bahwa Taufik Ismail memiliki keluarga yang utuh dengan satu istri dan 3 orang anak, selain itu Taufik Ismail juga anak pertama dari 3 bersaudara yang dalam kesehariannya selalu bersama-sama dengan keluarganya. Mungkin pada puisi ini dia merasakan kerinduan yang sangat mendalam kepada keluarganya, anak dan juga istrinya maka,  saat dia berada jauh dengan mereka karena dia sebagai aktifis dan pernah menjadi dosen maka dengan kesibukan itulah dia jarang bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi, maka dengan itulah maka ia menuangkan rasa rindunya kepada mereka lewat puisi ini.
  3. Selain menjadi aktifis dan dosen taufik ismail juga seorang yang religius. Dia ikut berperan aktif di berbagai kegiatan agama. Maka dengan itulah maka sangat terlihat kepribadiannya itu dalam puisi yang berjudul “Mencatatkan Kerinduan” ini. Seperti yang terdapat pada kata “pada penangkap ikan dan 25 nabi” dari kebiasaanya saja ini sudah terlihat bahwa seorang Taufik Ismail menyimpan rasa rindunya kepada 25 nabi yang menjadi jalan penerangnya dalam kehidupan.
  • Kata Kongkret
Puisi di atas terdapat banyak sekali kata-kata nyata seperti yang terdapat pada “daun-daun pohon jati”, “nelayan laut”, “si rendah hati”, “ penangkap ikan”, “25 nabi”, “dedahanan berkosa kata”, “tongkat nabi Musa”, “dari seribu kerinduan berapa kiranya yang Dikau berikan”. Kata-kata seperti ini dapat dikatakan kata nyata/kongkret karena dari kata-kata inilah akan memicu timbulnya imaji dari pembaca. Seperti pada kata daun-daun pohon jati, maka akan muncul imaji penglihatan karena seakan-akan pembaca melihat daun puhon jati yang dikatakan dalam puisi tersebut.

B. Unsur Extrinsik

  • Nilai
    Dalam puisi yang berjudul “Mengatakan Kerinduan” setelah dikaji menggunakan pendekatan didaktis, maka hasilnya sebagai berikut :
  1. Kita diajarkan untuk memiliki kepekaan untuk seseorang yang sudah terpisah lama dengan kita. Meskipun perpisahan itu sudah lama sekali namun kita tidak boleh lupa dengan seseorang yang pernah menjadi bagian dalam hidup kita meskipun itu sudah lama.
  2. Kita tidak boleh melupakan sosok yang telah menjadi penerang dalam kehidupan manusia yaitu 25 Nabi. Para Nabi yang telah diutus oleh Allah untuk menjadi pedoman sekaligus penuntun kehidupan manusia dari makhluk yang gelap menjadi makhluk terang-benerang seperti sekarang ini.
  3. Dari puisi inilah dapat di ambil pelajaran bahwa seseorang yang berada jauh dengan kita juga tidak mungkin akan melupakan kita. Apabila suatu saat akan bertemu kembali maka jangan rabu untuk mengungkapkan kerinduan tersebut.
  • Biografi Pengarang
Taufiq  Ismail lahir di Bikittinggi, sumatera Barat pada tahun 1935. Beliau merupakan budayawan dan sastrawan yang sangat populer . Beragam penghargaan telah diperolehnya, baik tingkat nasional maupun  tingkat internasional. Ia telah melahirkan banyak karya seperti puisi, essai  sastra, karya terjemahan, dan lain lain. Namanya pantas disejajarkan dengan budayawan seperti Emha Ainun Najib dan Chairil Anwar.

Masa kecil Taufiq Ismail lebih banyak dihabiskan di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo, lalu pindah ke Semarang, Salatiga dan menamatkan sekolah rakyatnya di Yogyakarta. Ia melanjutkan SMP di bukit tinggi dan SMA di  Bogor. Selesai SMA, ia mendapatkan beasiswa American Field International School untuk bersekolah di Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS. Ia merupakan angkatan pertama dari Indonesia. Kemudian ia melanjutkan sekolah di di FakultasKedokteranHewandanPeternakan UI yang sekarang menjadi IPB. Setelah tamat ia mengikuti , International Writing Program, University of Jowa, Iowa City, Amreika Serikat. Iajugabelajardi Faculty of Languange and Literature, American University in Cairo, Mesir. Namun karena pecah perang, maka ia pulang sebelum studinya selesai.

Taufiq Ismail bermimpi menjadi seorang sastrawan saat masih SMA. Saat itu ia mulai menulis beberapa puisi yang mulai dimuat di majalah majalah. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga yang suka membaca, sehinga ia  mulai suka membaca sjak kecil Hobinya membaca semakin terpuaskan sejak ia menjadi penjaga perpustakaan di perpustakaan Pelajar Islam Indonesia Pekalongan.
Minatnya dalam dunia sasta mulai tumbuh sasat ia sekolah di SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS berkat program beasiswa pertukaran pelajar. Di sana, ia mulai mengenal karya sastra asing.

Taufiq Ismail bersama sastrawan sstrawan lainnya berhasil mengenalkan sastra ke sekolah0sekolah dengan program “Siswa Bertanya, Sastrawan Menjawab’. Program itu disponsori oleh Yayasan Indonesia dan Ford Foundation.

Karya Taufiq Ismail diantaranya ialah buku kumpulan puisi yang salah satunya berjudul Manifestasi (1963; bersamaGoenawanMohamad, HartojoAndangjaya, et.al) juga Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, YayasanAnanda (1998).

Ia juga sempat meraih penghargaan, yaitu American Field Service International Scholarship untukmengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, AmerikaSerikat dan AnugerahSeniPemerintah RI pada 1970; dan – SEA Write Award (1997)
SHARE TO »

0 Response to "AnalisisPuisi Mencatatkan Kerinduan Karya Taufiq Ismail"

Post a Comment

-berkomentarlah dengan baik sesuai topik
-menaruh link aktif dianggap spam